Rabu, 06 Mei 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT LEUKIMIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT LEUKIMIA
1.1   Pengertian
(1)   Leukemia adalah proliferasi patologin dari sel pembuat darah  yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir dengan fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuatan sel darah yaitu pada sum-sum tulang (Ngastiyah, 1997 : 381)
(2)   Leukemia : proliferlasi sel darah putih yang masih teratur dalam jaringan pembentuk darah (Suriadi, 2001 : 175)
1.2   Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
(1)   Faktor genetik
(2)   Radiasi
(3)   Obat-obat imunosupresif, obat-obata karsinogenik
(4)   Faktor heredifer
(5)   Kelainan kromososm
1.3   Patofisiologi
Adanya proliferasi sel kanker sehingga sel kanker bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi dengan cara infiltrasi sel normal digantikan dengan sel kanker. Dengan adanya sel kanker akan terjadi depresi sumsum tulang yang akan mempengaruhi eritrosit, leukosit, faktor pembekuan dan jaringan meningkat karena adanya depresi dari sumsum tulang maka produksi eritrosit menurun dan terjadi anemia, produksi leukosit juga menurun sehingga sistem retikoloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi yang manifestasinya berupa demam. Faktor pembekuan juga mengalami penurunan sehingga terjadi perdarahan yang akan menimbulkan trombositopenia. Dengan adanya pergantian sel normal oleh sel kanker terjadi infiltrasi ekstra medular sehingga terjadi pembesaran limpa, lifer, nodus limfe dan tulang sehingga bisa menimbulkan nyeri tulang dan persendian. Hal tersebut juga akan mempengaruhi SSP (sistem saraf pusat) yakni adanya infiltrasi SSP sehingga timbullah meningitis leukemia, hal tersebut juga akan mempengaruhi metabolisme sehingga sel akan kekurangan makanan
Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

















































1.4   Klasifikasi
Berdasarkan morfologi sel terdapat 5 golongan besar leukemia sesuai dengan lima macam sistem dalam sumsum tulang yaitu :
1.      Leukemia sistem eritropoitik : mielosis, eritremika.
2.      Leukemia sistem granulopoitik : leukemia granulosit.
3.      Leukemia sistem trombopoitik : leukemia megakarlosit.
4.      Leukemia sistem limfopoitik : leukemia megakarlosit.
5.      Leukemia RES : retikulo endoteliosis / retikolosis.
1.4.1   LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT
1.      Penyebab
LLA lebih sering dijumpai pada anak usia 3-5 tahun, dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan. 
Sampai sekarang  penyebabnya belum diketahui, diduga karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang berperan :
1.1  Faktor eksogen    :  sinar X, sinar radio aktif, hormon, bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus, bakteri)
1.2  Faktor endogen   :  ras (orang Yahudi mudah menderita LLA), faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (sindrom down), herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kembar satu telur)
2.      Gejala Klinis
2.1   Gejala khas : pucat, panas, perdarahan, splenomegali, hepatomegali, limfadenopati.
2.2   Gejala tidak khas : sakit sendi / sakit tulang.
2.3   Gejala lain : lesi purpura pada kulit.
3.      Pemeriksaan Laboratorium
3.1   Darah tepi               :  Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogonomik untuk leukemia
3.2   Sum-sum tulang     :  Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (apabila sekunder). (Ilmu Kesehatan Anak :145)
4.      Pemeriksaan lain
4.1   Biopsi limpa
4.2   Kimia darah
4.3   Cairan cerebrospinal
4.4   Sitogenik
5.      Pengobatan
5.1   Transfusi darah bila Hb kurang dari 6 g/dl
5.2   Kortikosteroid
5.3   Sistostatika
5.4   Imunoterapi
5.5   Infeksi sekunder dihindarkan (isolasi)
1.4.2   LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK (LLK)
1.      Insiden
Lebih sering pada laki-laki  dan ditemukan pada umur kurang dari 40 tahun.            Pada usia 60 tahun ke atas insiden tinggi.
2.      Gejala klinis
Limfodenopati, splenomegali, hepatomegali, anemia hemolitik, trombositopenia.
3.      Pemeriksaan Lab
3.1  Darah tepi : limfositosis 50.000/mm.
3.2  Sum-sum tulang : adanya infiltrasi merata.
4.      Pengobatan
Clorambucil dan kortikosteroid.
1.4.3   LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT (LMA)
1.      Insiden
Lebih sering ditemukan pada usia dewasa (85 persen) daripada anak-anak (15 per sen) dan lebih sering pada laki-laki.
2.      Gejala klinis
Rasa lelah, pucat, nafsu makan menuurn, nyeri tulang, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran kelenjar mediastrium, anemia ptekie, perdarahan, infeksi.
1.4.4   LEUKEMIA GRANULOSITIK KRONIK (LGK)
1.      Pengertian
Suatu penyakit mielopoliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan dari sel granulosit yang relatif matang.
2.      Gejala Klinis
Rasa lelah, penurunan berat badan, rasa penuh di perut, splenomegali.
3.      Pemeriksaan Lab
3.1   Leukosit lebih dari 50.000/mm
3.2   Trombositopenia
3.3   Kadar fosfatose alkali leukosit rendah
3.4   Kenaikan kadar vitamin B16 dalam darah
3.5   Sumsum tulang : hiper seluler dengan peningkatan jumlah megalicitiosil dan aktivitas granulopolsis.
1.5   Manifestasi Klinik
Pilek, pucat, lesu, mudah terstimulasi, demam, anoreksia, BB menurun, ptechiae, nyeri tulang dan persendian, nyeri abdomen, limfadenopati, hepatoslenomegali.
1.6   Pemeriksaan Diagnostik
(1)   Pemeriksaan darah tepi
Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah tepi berupa adanya ponsitopenia, limfositosis yang menyebabkan darah tepi monoton dan terdapat sel blast.
(2)   Kimia darah
Asam urat meningkat hipogamaglobinemia
(3)   Sumsum tulang
(4)   Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfe yang terdesa seperti : limfosit normal, RES.
(5)   Cairan serebrospinalis
Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein
(6)   Sitogenik
Menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Phi)
1.7   Penatalaksanaan
(1)   Medik
(1)   Tranfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gram %
(2)   Kartikosteroid
(3)   Sitostatika
Diberikan metotreksat atau MTX 2 minggu / kg BB secara intrafekal 3x seminggu 6-Merkaptopurin atau 6-MP setiap hari dengan dosis 65 mg/m2 luas permukaan badan.
(4)   Infeksi sekunder dihindarkan
(5)   Imunoterapi
(2)   Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umunya sama dengan pasien lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang menggembirakan (sama sepeti kanker lainnya) maka pendekatan psikososial harus diutamakan. Yang perlu diusahakan ialah ruangan yang aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka perasaannya jika mengetahui anaknya.
2.   KONSEP DASAR ASKEP
2.1  Pengertian
1)      Biodata
Terutama menyerang usia 3-4 tahun.
2)      Riwayat penyakit
(1)   Keluhan utama
Pucat, panas
(2)   RPS
Pucat mendadak disertai panas dan perdarahan.
(3)   RPD
-    Antenatal   :  ibu menderita leukemia
-    Natal          :   -
-    Post natal   :   -
3)      Activity Daily Life 
(1)   Nutrisi
Nafsu makan hilang, penurunan BB
(2)   Eliminiasi
Terjadi konstipasi dan diare
(3)   Istirahat
Sering tidur
(4)   Aktivitas
Lemas, lelah, nyeri sendi
(5)   Personal hygiene
Terganggu
2.2  Pemeriksaan
1)      Umum
(1)   Kesadaran        :  composmentis sampai koma
(2)   Tekanan darah :  hipotensi
(3)   Nadi                 :  takikardi dan filiformis
(4)   Suhu                 :  demam sampai dengan hiperpireksia
(5)   Pernafasan        :  takipnea sesak nafas
2)      Fisik
(1)   Kepala
-    Wajah            :  pucat
-    Mata              : conjungtiva pucat, perdarahan retina, pupil odema
-    Hidung          : epitaksis
-    Mulut            : gusi berdarah, bibir pucat, hipertropi gusi, stomatitis
-    Leher             : pembesaran kelenjar gejah bening, faringitis
-    Dada             : nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura
-    Abdomen      :  hepatomegali, spenomefali, limfodenopati
-    Skeletal         :  nyeri tulang dan sendi
-    Integumen     :  purpura, ekimosis, ptekie, mudah memar
3)      Penunjang
(1)   Pemeriksaan darah tepi
Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah tepi berupa adanya ponsitopenia, limfositosis yang menyebabkan darah tepi monoton dan terdapat sel blast.
(2)   Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, Asam urat meningkat, hipogamaglobinemia
(3)   Pemeriksaan Sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesa (aplasia sekunder)
(4)   Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfe yang terdesa.
(5)   Cairan serebrospinalis
Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein
(6)   Sitogenik
Menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Phi)
2.3  Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1)      Resiko infeksi sehubungan dengan ketidakefektifan sistem imun
2)      Intoleran aktivitas sehubungan dengan gangguan transpor oksigen skunder terhadap berkurangnya jumlah sel darah merah.
3)      Resiko injury sehubungan dengan ketidakadekuatan faktor pembeku (platelet).
4)      Kecemasan sehubungan dengan ketidakadekuatan  dengan diagnosa baru dan rencana perawatan.
2.4  Rencana Keperawatan
1)      Diagnosa 1
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi
(1)   Kriteria hasil
·         Menunjukkan tidak ada tanda-tanda  infeksi.
·         Suhu 365o – 374oC
·         Kultur darah (-)
·         Tidak ada tanda infeksi dalam pemeriksaan fisik.
(2)   Intervensi
·         Monitor TTV tiap 4 jam, jangan memakai termometer rectal.
R/ deteksi dini terhadap infeksi dan menjaga keadaan mukos rectal.
·         Cegah konstipasi da prosedur invasi jaringan, melakukan injeksi IM, SC, IV.
R/ mencegah perdarahan.
·         Ambil darah melalui ibu jari tidak dengan jarum suntik.
R/ mencegah perdarahan.
·         Inspeksi kulit setiap hari pada daerah yang rusak.
R/ kulit yang sempurna sebagai pertahanan pertama melawan serangan organisme.
·         Inspeksi rongga mulut apakah ada candida dan kerusakan pada lapisan mukosa oral.
R/ kesehatan  mukosa oral adalah sebagai pertahanan melawan serangan organisme.
·         Instruksi keluarga tentang tanda infeksi dan langkah yang diambil jika ada dugaan infeksi.
R/ keluarga kooperatif dan mampu melakukan tindakan terhadap pencegahan infeksi.
·         Beri semangat  untuk hggiene oral.
R/ kebersihan oral yang buruk merupakan medium utama untuk pertumbuhan organisme.
2)      Diagnosa  2
Tujuan : Aktifitas anak menjadi meningkat
(1)   Kriteria hasil
·         HR, keseimbangan cairan sesuai unsur
·         Keluarga atau anak mengerti tanda-tanda anemia dan penyebab
·         Membentuk ADL yang tepat tanpa bantuan
(2)   Intervensi
·         Kaji HAR dan urine tiap 4 jam
R/ memonitor transpor oksigen dalam toleransi kegiatan.
·         Diskusikan dengan orang tua / anak tanda anemia dan tindakan pilihan.
R/ orang tua kooperatif dan mampu melakukan tindakan pilihan.
·         Berikan transfusi RBC
R/ menormalkan jumlah sel darah merah dan kapasitas oksigen.
·         Susunlah periode istirahat
R/ memberikan energi untuk penyembuhan dan regenerasi sel.
3)      Diagnosa 3
Tujuan : Mencegah injury yang berkelanjutan
(1)   Kriteria hasil
·         Menunjukkan tidak ada tanda-tanda perdarahan dalam prosedur RS.
·         Mempunyai pergerakan perubahan sehari.
·         Bebas injury dan lingkungan yang bebas.
·         Orang tua / anak secara verbal mengenal tindakan yang diperlukan ketika jumlah platelet turun.
(2)   Intervensi
·         Monitor jumlah platelet.
R/ mencegah terjadinya perdarahan.
·         Inspeksi faeces, gusi, emesis, sputum, sekret nasal.
R/ mengetahui adanya persarahan sebagai tanda-tanda tromvositopenia.
·         Minimalkan / hindari prosedur invasi.
R/ mengurangi kerusakan integritas mulut yang memungkinkan terjadinya  infeksi.
·         Cegah konstipasi
R/ mencegah kerusakan mukosa anus sehingga mengurangi resiko infeksi.
·         Sediakan lingkungan yang aman
R/ lingkungan yang aman akan menurunkan resiko spontan perdarahan bila anak mengalami trombositopenia.
·         Instruksikan pada klien untuk memodifikasi kegiatan yang tepat untuk meminimalkan resiko trauma.
R/ diagnosa keperawatan tidak bosan dan terhindar dari injury.
4)      Diagnosa Keperawatan 5
Tujuan : Mengurangi terjadinya kecemasan
(1)   Kriteria hasil
·         Orang tua mengungkapkan secara verbal tentang diagnosa
·         Orang tua ikut serta dalam rencana pelaksanaan.
·         Orang tua memikirkan spesifik untuk pelaksanaan perawatan.
(2)   Intervensi
·         Buatkan orang tua diagnosa dan tindakan dengan teratur.
R/ orang tua mengerti dan kooperatif dalam tindakan.
·         Perkenalkan keluarga kepada keluarga lain di mana anak mereka mempunyai diagnosa sama dan terapi yang sama.
R/ antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain bisa saling tukar menukar informasi tentang penyakit yang diderita anaknya.
·         Perkuat secara verbal rencana setiap hari.
R/ keluarga kooperatif dalam tindakan keperawatan.
·         Berikan tulisan dan verbal tentang instruksi tindakan yang dilakukan di rumah.
R/ melanjutkan intervensi.
2.5  Implementasi
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.
2.6  Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana tahap proses keperawatan menyangkut pengumpulan data obyektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru.


DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi I, Jilid III. Jakarta : Media Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
UPF IKA RSUD Dr. Soetomo, 1998.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar