ASKEP CONDYLOMATA ACUMINATA
A.
Pengertian
1.
Kutil
Genitalis atau dengan nama lain Kondiloma Akuminata merupakan kutil di dalam
atau di sekeliling vagina,
penis
atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
2.
Kondiloma
Akuminata adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Virus
Papiloma Humanus (VPH) dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan
mukosa. Sinonim penyakit ini disebut jengger ayam, kutil kelamin, dan genital
warts.
3.
Kondiloma
akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan
berjenjot yang disebabkan oleh virus.
4.
Kutil
Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling
vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5.
Kondiloma akuminata
(KA) adalah infeksi menular seksual dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada
kulit dan mukosa (Zubier, 2009).
B.
Bentuk-Bentuk
Kondiloma Akuminata
Kondiloma
akuminata dibagi dalam 3 bentuk :
1.
Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.
2.
Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.
3.
Bentuk datar (flat)
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.
C.
Etiologi
Penyebab
penyakit ini adalah virus papilloma. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan
18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin
luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma
lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan
dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur,
penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
D.
Diagnosa
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Kutil yang menetap
bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa dibawah mikroskop untuk
meyakinkan bahwa itu bukan merupakan suatu keganasan. Wanita yang memiliki
kutil di leher rahimnya, harus menjalani pemeriksaan Pap-smear secara rutin.
E.
Manifestasi
1.
Gejala
awal
a.
Benjolan
atau lecet di sekitar alat kelamin.
b.
Gatal
atau sakit di sekitar alat kelamin.
c.
Bengkak
atau merah di sekitar alat kelamin.
d.
Rasa
sakit atau terbakar saat buang air kecil.
e.
Buang air kecil lebih sering dari biasanya.
f.
Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur
tubuh.
g.
Kehilangan
berat badan, diare dan keringat malam hari.
h.
Pada
wanita keluar darah di luar masa menstruasi dan lain-lain.
i.
PMS kadang
tidak memiliki gejala.
j.
Keluar
cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi
peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan,
kehijauan, atau kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap
dan berlendir.
k.
Pada
pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing,
biasanya disebabkan oleh PMS.
l.
Pada
wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh
infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
m.
Luka
terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat
terasa sakit atau tidak.
n.
Tonjolan
kecil-kecil (papules) disekitar alat kelarnin
o.
Kemerahan
di sekitar alat kelamin.
p.
Pada
pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar.
q.
Rasa
sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan
menstruasi.
Ø Pada pria tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus
koronarius, frenulum dan batang penis. Area yang sering terkena adalah ujung
dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat).
Ø Pada
wanita adalah fourchette posterior, vestibulum. kutil timbul di vulva, dinding
vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis
juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria
homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.
F.
Pengobatan
a)
Farmakologis
1.
Kemoterapi
a.
Tingtura
Podofilin 25 %
Daerah sekitarnya lebih dulu dilindungi dengan vaselin, untuk
menghindari iritasi. Podofilin dicuci 6 jam kemudian. Pada lesi-lesi yang luas
dan pada wanita hamil, jangan diberikan podofilin, karena obat ini bersifat
toksik dan dapat menyebabkan keguguran. Juga jangan dipakai untuk pengobatan
lesi dalam vagina dan serviks karena obai ini dapat diabsorbsi sehingga
bersifat toksik dan dapat menyebabkan karsinoma.
b.
Podofilotoksin
0.5 %
Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam podofilin.
Setelah pemakaian podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada
jaringan KA. Reaksi iritasi pada pemakaian podofiloks lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan podofilin dan reaksi sistemik belum pernah dilaporkan. Obat
ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak dua kali sehari selama tiga
hari berturut-turut.
c.
Asam
Trikloroasetat 25-50 %
Pemberiannya adalah seminggu sekali dan harus hati-hati karena dapat
menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat diberikan kepada wanita hamil.
d.
Krim
5-Fuorourasil 1-5 %
Obat ini terutama untuk KA yang terletak di atas meatus uretra.
Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi
selama dua jam setelah pengobatan.
2.
Tindakan
Bedah
a.
Bedah
Skalpel (eksisi)
b.
Bedah
listrik (elektrokauterisasi)
Biasanya efektif tetapi membutuhkan anestesi local
c.
Bedah
beku (N2 N2O dan sebagainya)
Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata
pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
3.
Laser
karbondioksida
Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang
dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi
pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa
melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal.
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti
tiotepa atau florourasil.
Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik.
Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.
Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik.
Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.
b)
Non
Farmakologis
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger
Ayam pada wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air hangat
dan dioleskan pada bagian yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih,
ampuh dan aman karena terbuat dari bahan-bahan alami.
G.
Patofisiologi
Sel dari
lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV. Hal ini berpenetrasi melalui kulit
dan menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase virus laten dimulai dengan tidak ada
tanda atau gejala dan dapat berakhir hingga bulan dan tahun. Mengikut fase
laten, produksi DNA virus, kapsid dan partikel dimulai. Sel Host menjadi terinfeksi
dan timbul atipikal morfologis koilocytosis dari kondiloma akuminata. Area yang
paling sering terkena adalah penis, vulva, vagina, serviks, perineum dan
perineal. Lesi mukosa yang tidak biasa adalah di oropharynx, larynx, dan
trachea telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah dilaporkan di area lain yang tidak
biasa (ekstremitas). Lesi simultan multiple juga sering dan melibatkan keadaan
subklinis sebagaimana anatomi yang berdifferensiasi dengan baik. Infeksi
subklinis telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi dan potensi akan
onkogenik.
H.
Komplikasi
Komplikasi
yang timbul pada penyakit kondiloma akuminata yaitu :
1.
Pada wanita dapat terjadi kanker serviks.
2.
Walaupun jara ng pada bayi baru lahir yang terpajan kutil
geni talia selama proses kelahirannya dapat
mengidap kutil esofagus.
3.
Obstruksi uretra pada laki-laki.
4.
Abortus sponta n pada kehami lan.
5.
Penularan ke pasangan seksual lain
I.
Pencegahan
1.
Setia pada satu pasangan anda
2.
Hindari melakukan hubungan seksual dengan patner yang beresiko mengidap
penyakit tersebut
3.
Jaga kebersihan terutama kebersihan organ kelamin
4.
Pasien wanita harus diberitahu tentang skrining sitologi serviks sesuai
dengan pedoman lokal/nasional. Rekomendasi di Inggris adalah bahwa perempuan
dengan kondiloma akuminata harus diskrining sesuai dengan pedoman standar.
5.
Konseling tentang PMS (Penyakit Menular Seksual) dan pencegahan
penularannya.
6.
Gunakan kondom tertama bila anda memiliki patner seksual lebih dari
satu. Analisis apakah kondom melindungi terhadap penularan HPV yang lebih
kompleks dengan hasil yang beragam. Namun data terbaru menunjukkan bahwa
penggunaan kondom laki-laki dapat melindungi perempuan terhadap penularan HPV.
7.
Segera lakukan pengobatan bila dirasa memiliki cirri-ciri penyakit diats
dan beserta pasangan seksual anda agar pengobatan yang anda lakuakn tuntas dan
tidak sia-sia.
J.
Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang dengan :
1.
Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit).
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit).
2.
kolposkopi
merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat.
merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat.
3.
Histopatologi
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.
KONSEP
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
a. Identitas
pasien
b. Riwayat
keluarga
c. Status
kesehatan
a)
Status kesehatan saat
ini
b)
Status kesehatan masa
lalu
c)
Riwayat penyakit
keluarga
d. Pola fungsi
kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan
dan persepsi kesehatan.
Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular
seksual atau dapat disebabkan oleh berganti-ganti pasangan serta melakukan
hubungan seksual terlalu dini
2. Pola istirahat dan
tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat
dari nyeri akibat progresivitas dari kanker vulva ataupun karena gangguan pada
pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh wanita.
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi disuria serta
hematuria.
4. Pola nutrisi
dan metabolik
Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus
lebih banyak karena dapat terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang
biasa dimakan oleh wanita serta pantau berat badan karena wanita dengan kanker
vulva juga biasanya mengalami penurunan nafsu makan.
5. Pola kognitif –
perseptual
Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi
gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman,
perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep
diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar
karena mempunyai penyakit kanker vulva, akibat dari persepsi yang salah dari
masyarakat.Dimana salah satu etiologi dari kanker vulva adalah
akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.
7. Pola aktivitas dan
latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien
mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri
(0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan
alat, 4= tergantung total).
Pasien wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas
akibat dari asupan nutrisi yang berkurang. Wanita yang disertai dengan kanker
vulva ibu akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan
tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker
vulva sehingga harus beristirahat total.
8. Pola seksualitas
dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan
reproduksi pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas
pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat
melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah
berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari
vagina.
9. Pola manajemen
koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya.
Bagaimana manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit. Wanita dengan kanker vulva biasanya mengalami gangguan dalam
manajemen koping stres yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap
risiko terjadinya keselamatan dirinya sendiri.
10. Pola peran -
hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga
atau lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran
dan hubungannya. Wanita dengan kanker vulva harus mendapatkan dukungan dari
suami serta orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi
kesehatannya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota
keluarganya ada yang menderita penyakit kanker vulva.
11. Pola
keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola
keyakinan dan nilai yang diyakini.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume
cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat pendarahan
2. Nyeri kronis b/d
nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker vulva
3. Disfungsi
seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker vulva
4. Intoleransi aktivitas
b/d produksi energi tubuh menurun
5. Ansietas b/d
krisis situasional
6. Defisit
perawatan diri b/d kelemahan
7. Kerusakan
integritas kulit b/d kemoterapi
8. Gangguan citra tubuh b/d
proses penyakit
9. Risiko cedera
b/d kelemahan
10. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel
kanker)
C.
Perencanaan
Dx 1 : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume
cairan tubuh secara
aktif akibat pendarahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria
Hasil
1. TTV pasien dalam batas
normal, meliputi :
i. Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
ii. Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
iii. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
iv. Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
2. Membran
mukosa lembab
3. Turgor kulit
baik (elastis)
4. Pengisian
kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan )
5. Ekspresi
wajah pasien tidak pucat
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1
|
Awasi masukan dan haluaran. Ukur volume darah
yang keluar melalui pendarahan
|
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan yang
perlu diberikan sehingga dapat mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat
untuk transport oksigen pada ibu dan janin.
|
2
|
Hindari trauma dan pemberian tekanan berlebihan
pada daerah yang mengalami pendarahan
|
Mengurangi potensial terjadinya peningkatan
pendarahan dan trauma mekanis pada janin
|
3
|
Pantau status sirkulasi dan volume darah ibu
|
Kejadian perdarahan potensial kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia
|
4
|
Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, dan pengisian
kapiler
|
Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi
|
6
|
Catat respon fisiologis individual pasien
terhadap pendarahan, misalnya kelemahan, gelisah, ansietas, pucat,
berkeringat / penurunan kesadaran
|
Simtomatologi dapat berguna untuk mengukur berat
/ lamanya episode pendarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan
berlanjutnya pendarahan / tidak adekuatnya penggantian cairan
|
7
|
Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa, dan
perhatikan keluhan haus pada pasien
|
Merupakan indikator dari status hidrasi / derajat
kekurangan cairan
|
8
|
Kolaborasi :
Berikan cairan IV sesuai indikasi
|
Penggantian cairan tergantung pada derajat
hipovolemia dan lamanya pendarahan (akut / kronis). Cairan IV juga digunakan
untuk mengencerkan obat antineoplastik pada penderita kanker.
|
9
|
Kolaborasi :
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan trombosit
sesuai indikasi
|
Transfusi darah diperlukan untuk memperbaiki
jumlah darah dalm tubuh ibu dan mencegah manifestasi anemia yang sering
terjadi pada penderita kanker. Transfusi trombosit penting untuk memaksimalkan mekanisme pembekuan darah sehingga pendarahan lanjutan dApat diminimalisir.
|
10
|
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya : Hb,
Hct, sel darah merah
|
Perlu dilakukan untuk menentukan kebutuhan
resusitasi cairan dan mengawasi keefektifan terapi
|
Dx 2 : Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat
penyakit kanker
vulva
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil
1.
Pasien mengatakan skala
nyeri yang dialaminya menurun
2. Pasien melaporkan nyeri yang sudah
terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek samping minimal
3. TTV pasien dalam batas
normal, meliputi :
i.
Nadi normal (± 60 - 100 x /
menit)
ii.
Pernapasan normal ( ± 16 -
24 x / menit)
iii.
Tekanan darah normal ( ±
100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
iv.
Suhu normal (36,5oC
- 37,5oC)
4. Ekspresi wajah pasien tidak
meringis
5. Pasien
tampak tenang (tidak gelisah)
6. Pasien
dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1
|
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
[catat keluhan, lokasinyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas(skala 0-10) dan tindakan penghilangan
nyeri yang dilakukan]
|
Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan
informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan
keefektifan intervensi.
|
2
|
Pantau tanda - tanda vital
|
Peningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan padatanda - tanda vital
|
3
|
Dorong penggunaan
keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dan teknik distraksi, misalnyadengan mendengarkan musik,membaca buku, dan sentuhan terapeutik.
|
Memungkinkan pasien untuk
berpartisipasi secara aktif untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami, serta
dapatmeningkatkan koping pasien
|
4
|
Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan
pasien
|
Memberikan rasa nyaman pada pasien, meningkatkan
relaksasi, dan membantu pasien untuk memfokuskan kembali perhatiannya.
|
5
|
Dorong pengungkapan perasaan pasien
|
Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi
persepsi pasien akan intensitas rasa sakit.
|
6
|
Evaluasi upaya penghilangan nyeri /
kontrol pada pasien
|
Tujuan yang ingin dicapai melalui upaya kontrol
adalah kontrol nyeri yang maksimum dengan pengaruh / efek samping yang
minimum pada pasien.
|
7
|
Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan
perawatan diri yang penting
|
Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
|
8
|
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
|
Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker,
meskipun respon individual terhadap nyeri berbeda-beda. Pemberian analgetik dapat
mengurangi nyeri yang dialami pasien
|
9
|
Kolaborasi untuk pengembangan rencana manajemen
nyeri dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat
|
Rencana manajemen nyeri yang terorganisasi dapat
mengembangkan kesempatan pada pasien untuk mengontrol nyeri yang dialami.
Terutama dengan nyeri kronis, pasien dan orang terdekat harus aktif menjadi
partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.
|
10
|
Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur tambahan,
misalnya pemblokan pada saraf
|
Mungkin diperlukan untuk mengontrol nyeri berat
(kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain
|
Dx 3 : Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat
proses penyakit kanker vulva
Tujuan : Setelah diberikan
asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan aktivitas seksual pasien tetap adekuat pada tingkat
yang sesuai dengan kondisi fisiologis tubuhnya
Kriteria
Hasil
1. Pasien mampu
mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker vulva yang dialaminya terhadap fungsi
seksualitasnya
2. Pasien
mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, perubahan fungsi seksual dan hasrat seksual dengan
orang terdekat yang dialaminya
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1
|
Dengarkan pernyataan pasien / orang terdekat
|
Masalah seksualitas seringkali menjadi masalah yang
tersembunyi, yang seringkali diungkapkan sebagai humor / melalui pernyataan
yang tidak gamblang
|
2
|
Informasikan pada pasien tentang efek dari proses
penyakit kanker serviks yang dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya
(termasuk di dalamnya efek samping dari pengobatan kanker yang akan
dijalani)
|
Pedoman antisipasi dapat membantu pasien dan
orang terdekat untuk memulai proses adaptasi pada keadaan yang baru
|
3
|
Bantu pasien untuk menyadari / menerima tahap
kehilangan tersebut
|
Mengakui proses kehilangan / perubahan pada
fungsi seksual secara nyata dapat meningkatkan koping pasien
|
4
|
Dorong pasien untuk berbagi pikiran dengan orang
terdekat
|
Komunikasi terbuka dapat membantu dalam
identifikasi masalah dan meningkatkan diskusi untuk menemukan pemecahan masalah
|
Dx 4 : Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh
menurun
Tujuan : Setelah diberikan
asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, aktivitas pasien dapat meningkat secara optimum / fungsi
tercapai
Kriteria
Hasil
1. Pasien mampu
melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa bantuan perawat / orang terdekat
2. Pasien
mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1
|
Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas,
misalnya perubahan tekanan darah dan frekuensi jantung serta pernafasan
|
Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap
proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, serta oksigenasi.
|
2
|
Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan
punggung, perubahan posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (misalnya
lampu redup)
|
Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta
meningkatkan rasa nyaman
|
3
|
Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan kemampuan
tidur / istirahat dengan tepat
|
Menentukan derajat dari ketidakmampuan pasien
|
4
|
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada
aktivitas yang diinginkan / dibutuhkan
|
Mengidentifikasi kebutuhan individual dan
membantu dalam pemilihan intervensi
|
5
|
Identifikasi faktor stres / psikologis yang dapat
memperberat
|
Mungkin mempunyai efek kumulatif terhadap kondisi
fisik yang dapat terus berlangsung bila masalah tersebut belum diatasi
|
6
|
Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien
|
Memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu
menyelesaikan
|
7
|
Dorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan,
bila mungkin. Tingkatkan tingkat partisipasi pasien sesuai toleransi pasien
|
Meningkatkan rasa membaik dan mencegah terjadinya
frustasi pada pasien
|
8
|
Rencanakan periode istirahat adekuat
|
Mencegah kelelahan berlebihan dan menghemat
energi untuk proses penyembuhan
|
9
|
Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari
sesuai dengan derajat ketidakmampuan pasien
|
Memungkinkan berlanjutnya aktivitas yang
dibutuhkan pasien
|
10
|
Dorong masukan nutrisi
|
Masukan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi
kebutuhan energi ibu untuk beraktivitas dan pertumbuhan serta perkembangan
janin
|
Dx 5 : Ansietas b/d krisis situasional
Tujuan : Setelah diberikan
asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, ansietas pasien dapat berkurang / teratasi
Kriteria
Hasil
1. TTV dalam batas normal
i. Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
ii. Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
iii. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90
mmHg)
iv. Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
2. Pasien melaporkan bahwa ansietas / ketakutan
yang dirasakannya menurun sampai tingkat yang dapat
ditangani / dikontrol
3. Pasien tampak lebih tenang
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1
|
Observasi perubahan TTV, misalnya denyut nadi,
frekuensi pernafasan
|
Perubahan pada TTV dapat menunjukkan tingkat
ansietas / gangguan psikologis yang dialami pasien
|
2
|
Obervasi respon verbal
dan nonverbal pasien yang menunjukkan adanya kecemasan
|
Kecemasan dapat ditutupi oleh pasien dengan
komentar/ kemarahan yang ditunjukkan pasien kepada pemberi perawatan
|
3
|
Tinjau ulang pengalaman
pasien / orang terdekat sebelumnya dengan kanker
|
Membantu dalam identifikasi rasa takut dan
kesalahan interpretasi konsep pada pengalaman kanker sebelumnya
|
4
|
Dorong pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya
|
Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa
takut yang dialami serta kesalahan konsep tentang diagnosis
|
5
|
Dengarkan keluhan pasien
dengan penuh perhatian
|
Menunjukkan rasa menghargai dan menerima pasien,
dan dapat membantu meningkatkan rasa percaya pasien kepada pemberi perawatan.
|
6
|
Pertahankan kontak sering dengan pasien. Berikan sentuhan
terapeutik bila perlu
|
Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri
atau ditolak.
|
7
|
Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
|
Meningkatkan pelepasan endorfin pada sistem saraf sehingga menimbulkan rasa
tenang pada pasien dan dapatmengurangi ansietas yang dirasakan pasien
|
8
|
Berikan informasi yang
akurat dan sesuai mengenai diagnosa, pengobatan, dan konsistensi prognosis
penyakit pasien
|
Pengetahuan / informasi
yang diberikan diharapkan dapat menurunkan ansietas, memperbaiki kesalahan
konsep, dan meningkatkan kerjasama pasien dengan pemberi perawatan
|
9
|
Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan yang tenang
|
Memudahkan pasien beristirahat, menghemat energi,
dan meningkatkan kemampuan koping pasien
|
10
|
Dorong dan kembangkan interaksi pasien dengan
sistem pendukung
|
Mengurangi perasaan isolasi. Bila sumber
pendukung keluarga tidak adekuat, sumber luar dapat diberdayakan misalnya
kelompok penderita kanker
|
11
|
Libatkan orang terdekat bila keputusan mayor akan
dibuat
|
Menjamin sistem pendukung untuk pasien dan
memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat
|
D. Evaluasi
Evaluasi dibuat
berdasarkan tujuan dan kriteria hasil dalam intervensi keperawatan
terimakasih banyak udah share... :)
BalasHapushttp://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-kanker-serviks/
http://jualherbaldenature.com/
BalasHapus