Selasa, 05 Mei 2015

ASUHAN KEPERAWATAN GONOROE

  ASUHAN KEPERAWATAN GONOROE
 
A.  Konsep Medis
1.    Definisi
Gonore (GO) adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh kuman yang bernama Neisseria Gonorrhoaea yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum (usus bagian bawah), tenggorokan maupun bagian putih mata (Gonorhoaea Conjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh lainya terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput didalam panggul sehingga menimbulkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi.
Selama beberapa abad bermacam nama telah digunakan untuk mendeskripsikan infeksi yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae ini diantaranya; ‘strangury’ yang digunakan oleh Hipocrates. Penamaan gonore sendiri diberikan oleh Galen (130 SM) untuk menggambarkan eksudat uretra yang sifatnya seperti aliran air mata (flow of seed) dan M. Neisser dikenalkan oleh Albert Neisser yang menemukan mikroorganisme tersebut pada tahun 1879 dari pewarnaan apusan yang diambil dari vagina, uretra dan eksudat konjungtiva.
2.    Etiologi
Gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37°C dan pH 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang optimal. Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan 4 tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat pada permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
3.    Tanda dan gejala
Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar keuretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan membengkak.
Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam. Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding rektum penderita. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore bisa menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).
Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang terkena.Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan. Penderita pria biasanya mengeluhkan sakit pada waktu kencing. Dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin. Pada wanita, penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang jelas atau bahkan tidak menimbulkan keluhan sama sekali, sehingga wanita mudah menjadi sumber penularan GO. Kadang penderita mengeluh keputihan dan nyeri waktu kencing.
4.    Komplikasi
Dapat timbul komplikasi berupa bartolitis, yaitu membengkaknya kelenjar Bartholin sehingga penderita sukar jalan karena nyeri. Komplikasi dapat ke atas menyebabkan kemandulan, bila ke rongga perut menyebabkan radang di perut dan usus. Selain itu baik pada wanita atau pria dapat terjadi infeksi sistemik (seluruh tubuh) ke sendi, jantung, selaput otak dan lain-lain. Pada ibu hamil, bila tidak diobati, saat melahirkan mata bayi dapat terinfeksi, bila tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah atau beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas. Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu sendi kesendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis). Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu.
5.    Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. Jika diduga terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan dibuat biakan.
6. Pengobatan
a. Medikamentosa
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).
·         Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
·         Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
·         Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
·         Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
b. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
·         Bahaya penyakit menular seksual
·         Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
·         Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
·         Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari.
·         Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
7.    Patogenesis
Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis dari mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi gonokokkus ke dalam sel host tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam mekanisme perlekatan, inflamasi dan invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili meningkatkan adhesi ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa gonokokkus yang tidak memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi antipili memblok adhesi epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit.
Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan ekspresi full-length lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya perlu untuk infeksi maksimal.2,3,8,9. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini, konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.
B.  Konsep Keperawatan
a.      Pengkajian
1.      Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat, tgl MRS, dll.
2.      Keluhan utama
Biasanya nyeri (saat kencing).
3.      Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit berat (sinovitis, artritis).
4.      Riwayat penyakit sekarang
P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi
Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.
R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar,,,
S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan
T = Kapan keluhan dirasakan.
5.      Riwayat kesahatan keluarga
Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang diderita sekarang.
6.      Pemeriksaan fisik
a.    Tingkat kesadaran
b.    Pengkajian Persistem
·      Sistem integumen
Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan skin rashes.
·      Sistem kardivaskuler
·         Kaji apakah bunyi jantung normal/ mengalami gangguan
·      Sistem pernapasan
·         Amati pola pernapasan
·         Auskultasi paru-paru
·         Kaji faring, apakah ada peradangan/tidak.
·      Sistem penginderaan
Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan/ tidak.
·      Sistem pencernaan
·         Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil
·         Apakah terdapat diare/ tidak
·      Sistem perkemihan
Biasanya pasien mengalami disuria dan kadang – kadang ujung uretra disertai darah.
·      Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pasien tidak mengalami kesulitan bergerak.
·      Anus
Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi
7.      Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
·      Kebutuhan nutrisi
Kaji intak dan out put nutrisi dan cairan.
(biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu).
·      Kebutuhan eliminasi
Kaji frekuensi, warna, dan bau urin (isak)
·      Kebutuhan alvi
Kaji warna, konsistensi, dan bau.
·      Kebutuhan aktivitas
Klien dengan GO biasanya aktivitasnya sering tergangu.
·      Kebutuhan kebersihan diri
·         Kaji berapa kali mandi, gosok gigi, mencuci rambut dan memotong kuku.
·         Klien dengan GO harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan diri.
8.      Pengkajian psikososial dan spiritual
·      Psikologis : biasanya pasien merasa gelisah dan distres adanya ketakutan.
·      Sosial : biasanya pasien merasa kesepian dan takut ditolak dalam pergaulan
·      Spiritual : bagaimana ibadah pasien selama sakit.


PENYIMPANGAN KDM
NEISSERIA GONORHOE
                                                                                               
                                           Kontak seksual (anus, orogenitas, genital)
                                                                                   
 Infeksi mukosa rektum, endoserviks                                  faring                   uretra dan konjungtiva       
  (saluran anus dan neonatus)
                                                                         Infeksi
                                   ♂(prostat, vasdeferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis )
                                                 ♀(kelenjar skene, bartholn, endometrium, tuba valopi, dan ovarium)
GONORE
 

Inflamasi jaringan
Lesi- lesi/gatal-gatal                                                                          perubahan status kesehatan
Stimulus serabut saraf nyeri    penurunan sistem imun                        menarik diri dari sosial             kurangnya informasi dan pendidikan
        Trauma impuls saraf          ketidakseimbangan ST                                  perasaan malu                                masalah penyakit yg terjadi
Kemedulla spinalis      mudahnya mikroorganisme masuk                   ISOLASI SOSIAL           RESIKO INFEKSI
   Saraf pusat                dalam sabagian dan seluruh tubuh
 Respon nyeri                  RESIKO INFEKSI
   NYERI              penurunan produksi energi
                                     Kelemahan tubuh dan otot dan tanpa gairah
                                     INTOLERANSI AKTIVITAS


b.   Diagnosa dan Intervensi
1.    Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Tanda- tanda:
·  Merintih dan terengah-engah
·  Gelisah dan memejamkan mata
·  Tidur satu arah dengan posisi tertentu.
Kriteria hasil
·  Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri berkurang/hilang.
Intervensi
1.      Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi intensitas (skala 1-10) frekuensi dan waktu.
Rasional :
Mengidentifikasikan kebutuhan untuk intervensi dan tanda-tanda perkembangan komplikasi.
2.      Dorong pengungkapan perasaan
Rasional :
Mengurangi rasa takut dan ansietas sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit.
3.      Berikan tindakan kenyamanan misal : perubahan posisi tubuh.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi/ menurunkan tegangan otot.
4.      Dorong penggunaan teknik relaksasi mis: bimbingan imajinasi, visualisasi latihan nafas dalam.
Rasional :
Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
5.      Kolaborasi dengan tenaga medis dan pemberian analgesik.
Rasional:
Mempercepat proses penyembuhan.
2.    Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunodefisiensi
Tujuan:
• Tidak adanya infeksi
• Bebas dari tanda-tanda infeksi
Intervensi :
Mandiri :
1.      Lakukan pemeriksaan pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya darah pada urine, feses,dan cairan muntah.
Rasional :
Mempercepat  deteksi adanya perdarahan /penantauan awal dari terapi mungkin dapat perdarahan kritis.
2.      Amati/laporkan epistaksis,hematoria, perdarahan vaginal non –menstruasi atau pengeluran darah melalui lesi/orisium tubuh/daerah penusukan terapi intravena.
Rasional :
Perdarahan spontan mengindikasikan trombositopenia imun.
3.      Pantau perubahan tanda-tanda vital  dan warna kulit, mis: tekanan darah, denyut nadi,pernapasan, pucat kulit/perubahan warna
Rasional :
Timbulnya perdarahan/hemoragi dapat menunujukan adanya kegagalan sirkulasi atau syok
4.      Pantau perubahan tingkat kesadaran, dan gangguan penglihatan.
Rasional :
Perubahan dapat menunjukan adanya  peradarahan otak
5.      Kolaborasi : Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium mis: PT, PTT, waktu pembekuan, trombosit, HB/HT
Rasional :
Mendeteksi gangguan kemampuan pembekuan, mengidentivikasi kebutuhan terapi.
6.      Kolaborasi : Hindarkan penggunaan  produk asipirin
Rasional :
Mengurangi agregasi trombosit,ketidakseimbangan/perpanjangan proses koagulasi
3.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelemahan otot, kelesuhan, tanpa gairah.
Tujuan :
-          Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
-          Toleran dalam aktivitas keseharian.
-          Peningkatan energi.
Intervensi :
1.    Kaji pola tidur dan catat perubahan dalam proses berpikir dan perilaku
Rasional :
Berbagai faktor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, penyakit SSP, tekanan emosi dan efek samping obat-obatan.
2.    Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istrahat, atur aktivitas pada waktu pasien sangat berenergi. Ikutsertakan pasien/orang terdekat pada penyusunan rencana.
Rasional :
Periode istrahat yang sering sangat dibutuhkan dalam memperbaiki/menghemat energi. Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif pada waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan kontrol diri.
3.    Dorong masukan nutrisi.
Rasional :
Pemasukan penggunaan nutrisi adekuat sangat penting bagi kebutuhan energi untuk akrtivitas.
4.    Kolaborasi : Berikan oksigen tambahan sesuai dengan petunjuk.
Rasional :
Adanya hipoksemia mengurangi persediaan oksigen untuk ambilan selular dan  menunjang kelelahan.
4.    Isolasi sosial yang berhubungan dengan rasa takut akan penolakan diri.
Tanda –tanda:
-          Tampak depresi, cemas, atau marah
-          Ketidakmampuan untuk konsentrasi dan membuat keputusan tak berguna.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan dapat mengekspresikan kesedihannya.
Intervensi:
1.      Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam aktvitas yang disukai
Rasional :
Membantu pasien menemukan kesenangan dan makna beraktivitas.
2.      Anjurkan pasien untuk kontak dengan orang yang tidak menolaknya.
Rasional:
Memberikan pasien kesempatan untuk membina hubungan saling percaya dan berbagai perasaan.
5.    Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan:
Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain.
Intervensi:
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
-       Bahaya penyakit menular
-       Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
-       Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
-       Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat menghindarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Lachlan, MC. 1987. Buku Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin. Ilmiah Kedokteran: Yogyakarta.
Natadidjaja, hendarto. 1990. Kapita Selekta Kedokteran. Bina Rupa Aksara: Jakarta.
Prof. DR. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Wikinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN. Penerbit buku kedokteran EGC.
http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/27/asuhan-keperawatan-klien-dengan-gonorrhea/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar