ASUHAN KEPERAWATAN ERYSIPELAS
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Erysipelas ( Erisipelas ) adalah infeksi
akut pada kulit dan jaringan dibawah kulit yang sebagian besar disebabkan oleh
bakteri Streptococcus pyogenes. Erysipelas dapat terjadi pada semua usia dan
semua bangsa (ras), namun paling sering terjadi pada bayi, anak dan usia
lanjut.
Aste N, Atzori L, Zucca M,Pau M,
Biggio P menyebutkan bahwa Erysipelas lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita, dengan perbandingan 4:1.Sekitar 85 % Erysipelas terjadi dikaki dan
wajah, sedangkan sebagian kecil dapat terjadi di tangan, perut dan leherserta
tempat lainnya Erysipelas
terjadi oleh penyebaran infeksi yang diawali dengan berbagai kondisi yang
berpotensi timbulnya kolonisasi bekteri, misalnya: luka, koreng, infeksi
penyakit kulit lain, luka operasi dan sejenisnya, serta kurang bagusnya hygiene. Selain itu, Erysipelas dapat
terjadi pada seseorang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh, misalnya:
diabetes millitus, malnutrisi (kurang gizi),dan lain-lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi erysipelas ?
2. Bagaimana Etiologi erysipelas ?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis
erysipelas ?
4. Bagaimana patofisiologi dan WOC
penyakit erysipelas ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang erysipelas ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan pada
erysipelas ?
7. Bagaimana Komplikasi erysipelas ?
8. Bagaimana Pencegahan erysipelas ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada
erysipelas ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan umum
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan penyakit Erisipelas.
1.3.2
Tujuan khusus
10. Untuk mengetahui definisi erisipelas
11. Untuk mengetahui Etiologi erisipelas
12. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis
erysipelas
13. Untuk mengetahui patofisiologi dan
WOC penyakit erysipelas
14. Untuk mengetahui pemeriksaan
penunjang erisipelas
15. Untuk mengetahui Penatalaksanaan pada
erysipelas
16. Untuk mengetahui Komplikasi
erysipelas
17. Untuk mengetahui Pencegahan
erysipelas
18. Untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada erysipelas
1.4
Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
penyakit erisipelas. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan
adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan gangguan erysipelas.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Erisipelas
Erisipelas merupakan
penyakit infeksi bakteri, akut dengan gejala utama eritemia berwarna merah cerah
dan berbatas tegas, dapat disertai gejala konstitusi. Kelenjar getah bening
superficial membesar dan nyeri.
Erisipelas
adalah infeksi pada dermis dan jaringan subkutis bagian atas yang hampir selalu
disebabkan oleh Streptococcus pygogenes ( = Streptococcus beta hemolyticus grup
A).(Herry, 1996).
2.2
Etiologi
Biasanya streptococcus
b hemolyticusgrup A
Factor Predisposisi Erispelas
- Kakhesia
- Diabetes Melitus
- Malnutrisi
- Diasgammaglobulinemia
- Alkoholisme
- Dan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila disertai hygiene yang jelek.
2.3 Manifestasi Klinis
- Panas badan cukup tinggi (anak-anak dapat dengan konvulsi), sakit kepala, malaise dan muntah-muntah/mual.
- Lesi di kulit :
Makula
eritematus yang meninggi dengan batas jelas, dapat ada vesikula di atasnya. Dirasakan
panas dan nyeri.
Lokalisasi
biasanya :
- bayi : dinding perut
- anak-anak :muka, kepala dan tungkai bawah.
- dewasa :tungkai bawah, muka, telinga.
Pada penderita yang
kelainan immunologis, gejala klinisnya tidak khas missal kan kemerahan berkurang.
Awalnya ditandai dengan gejala konstitusi berupa demam,
menggigil, sakit kepala, muntah, dan nyeri sendi.Lapisan kulit yang diserang adalah
epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, Karena itu tempat predileksi
biasannya ditungkai bawah.
Kelainan kulit yang utama adalah eritemia yang berwarna merah
cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut
.Dapat disertai edema, vesikel dan bula. Jika tidak diobati akan menjalar kesekitaranya
terutama piroksimal. Jika seiring residif ditempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.
2.4
Pathofisiologi
Inokulasi bakteri ke daerah kulit yang mengalami trauma merupakan
peristiwa awal perkembangan dari erisipelas. Dengan demikian, faktor-faktor
lokal, seperti insusfisiensi vena, statis ulserasi, dermatitis, gigitan
serangga, dan sayatan bedah telah terlibat sebagai pintu masuknya kuman ke
kulit.
Sumber
bakteri di erisipalas wajah sering bersumber dari nasofaring dan riwayat
faringitis streptokokus baru-baru ini telah dilaporkan dalam sampai sepertiga
dari kasus. Faktor predisposisi
lainnya termasuk diabetes, penyalahgunaaan alkohol, infeksi HIV, sindrom
nefrotik, kondisi penurunan sistem imun lain, dan tidak optimalnya higienis
meningkatkan risiko erisipelas.
Disfungsi limfatik subklinis adalah faktor resiko untuk
erisipelas. Dalam erisipelas, infeksi dengan cepat menyerang dan menyebar
melalui pembuluh limfatik. Kondisi ini akan memberikan manifestasi kerusakan
kulit diatasnya dan pembengkakan
kelenjar getah bening regional. Respon imunitas menjadi menurun dan
memberikan optimalisasi bagi organisme untuk berkembang.
Peningkatan
Suhu Tubuh
|
Ketidaktahuan
Tentang Proses
Penyakit,
Perawatan, dan Pencegahan Berulangnya Penyakit
|
Invasi bakteri ke Dermis, Subkutis,
dan jaringan limfatik
|
Erisipelas
|
Respon
Inflamasi pada dermis dan Subkutis
|
Respons Lokal
|
Respons
Inflamasi Sistemik
|
Respons
Psikologi
|
Cemas
|
Nyeri
|
Hipertermi
|
Kerusakan
Integritas
Jaringan
|
Kerusakan
Saraf Prifer
|
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Biasanya di dapatkan leukosit
osispolimorfonulear>20.000/ul
- Darah :Leucocytosis.
- Bila memungkinkan :
a) Periksa
Titer ASO :meningkat seminggu setelah infeksi.
b) Mencari
Streptococcus dengan kultur dari tenggorokan, hidup atau mata.
2.7
Penatalaksanaan
1.
Pada penderita bayi, usia tua dan yang keadaan umumnya
lemah sebaiknya dirawat
di RS.
2.
Pemberian antibiotika sistemik diberikan 7–10
hari.
a. Penisilin dan semisintetiknya (pilih
salah satu)
·
Penisilina
G Prokain
Dosis
: 1 – 2 dd 0,6 – 1,2 juta UAnak-anak : 1 – 2 dd
25.000 50.000 I.U./kg
·
Ampisilin
4
dd 250 – 500 mg a.c.anak-anak : 4
dd 25 – 75 mg/kg – a.c.
·
Amoksilin
(penulisan resep harus diparaf staf medik UPF)
3dd
250 – 500 mg.a.anak-anak :
3 dd. 7,5 – 25 mg/kg a.c.b.
b. Eritromisin
4 dd 250 – 500 mg pcanak-anak : 4 dd 12,5 m – 25
mg/kg – pc bila alergi penisilin.
c. Linkomisin
3– 4
dd 250 – 500 mganak-anak
lebih 1 bulan 3 dd 10 – 20 mg/kgbila alergi penisilin dan yang
menderita gangguan saluran cernad.
d. Bila kambuh-kambuh diberikan
antibiotika sistemik dosis tinggi dulusampai sembuh, baru dilanjutkan dosis
rendah jangka lama selama 1– 3 bulan.
3.
Pengobatan
topical
a. Kompres dengan solusio Sodium
Chloride 0,9 % atau Solusio Burowi :
·
bila
ada vesikule/bule
·
dapat
sebagai pendingin
b. Neocitrin ointment (Basitrasina dan
Polimiksina B) bila lesi kulit telah kering.
2.8
Komplikasi
Bila
tidak diobati atau diobati tetapi dosis tidak adekuat, maka kuman penyebab
erysipelas akan menyebar melalui aliran limfe sehingga terjadi abses subkutan,
septikemi dan infeksik organ lain (nefritis). Pengobatan dini dan adekuat dapat
mencegah terjadinya komplikasi supuratif dan non supuratif.
Pada
bayi dan usia lebih lanjut yang lemah, serta penderita yang sementara mendapat pengobatan
dengan kortikosteroid, erispelas dapat progresif bahkan bisa terjadi kematian
(mortalitas pada bayi bisa mencapai 50 %).
Erysipelas cenderung rekuren
pada lokasi yang sama, mungkin disebab kan oleh kelainan imunologis, tetapi
factor predisposisi yang berperan pada serangan pertama harus dipertimbangkan sebagai
penyebab misalnya obstruksi limfatik akibat mastek tomiradikal (merupakan
factor predidposisi erispelas rekuren).
2.9
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya
Erisipelas maka hal-hal di bawah ini yang perlu dilalukukan :
- Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dan menggunakan sabun atau shampo yang mengandung antiseptic, agar kuman pathogen secepatnya hilang dari kulit.
- Mengatasi factor predisposisi.
- Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila telah terjadi kerusakan kulit berupa luka kecil maka segera dirawat / diobati.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Biasanya
didahului dengan gejala prodomal malaise, dapat disertai reaksi konstitusional
yang hebat berupa panas tinggi,sakit kepala, menggigil, muntah, dan nyeri sendi .Lesi kulit berupa kemerahan atau
eritema lokal terbatas jelas dengan tepi meninggi, teraba panas, dan rasa
nyeri. Pada bagian atasnya
mungkin terdapat vesikula atau bula yang mengandung cairan seropurulen. Lokasi
tersering adalah di wajah dan tungkai bawah, sedangkan pada bayi lebih sering
pada bagian perut. Pada pemeriksaan darah sering didapatkan penigkatan kadar lekosit
>20.000/mm3.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan respon
inflamasi local jaringan subkutan.
2. Hipertermi berhubungan dengan respon
inflamasi sistemik.
3. Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan
dengan respons inflamasi local dan nekrotik jaringan subkutis.
4. Kecemasan berhubungan dengan prognosis
penyakit, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
.
3.3 Intervensi
Keperawatan
Tujuan intervensi keperawatan adalah
menurunkan stimulus nyeri, penurunan suhu tubuh, pemenuhan informasi. Untuk
intervensi penurunan suhu tubuh dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada
pasien varisela. Untuk intervensi peningkatan integritas jaringan kulit dapat
disesuaikan dengan masalah yang sama dengan pasien frunkel. Untuk intervensi
kecemasan dapat disuaikan dengan masalah yang sama pada pasien selulitis.
No. 1
Nyeri b.d. respons inflamasi local
saraf perifer kulit.
|
|
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang / hilang atau
teradaptasi.
Kriteria Evaluasi:
ü Secara subjektif melaporkan nyeri
berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1 (0-4).
ü Dapat mengidentifikasi aktivitas
yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
ü Pasien tidak gelisah.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST
|
Menjadi parameter dasar untuk
mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan
dari intervensi manajemen nyeri keperawatan yang telah dilakukan.
|
Jelaskan dan bantu pasien dengan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive.
|
Pencekatan dengan menggunakan
relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
|
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan :
·
Atur
posisi imobilisasi ekstremitas yang mengalami erysipelas.
·
Istirahatkan
klien.
·
Lakukan
Kompres.
·
Pasang
stoking pada ekstremitas bawah yang mengalami erysipelas.
·
Manajemen
lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
·
Ajarkan
tekhnik distraksi pada saat nyeri.
·
Lakukan
manajemen sentuhan.
|
-
Bagian
tubuh yang mengalami inflamasi local dilakukan imobilisasi untuk menurunkan respons
peradangan dan meningkatkan kesembuhan.
-
Pasien
dengan infeksi akut yang melibatkan ekstremitas harus didorong untuk
membatasi aktivitas mereka dan menjaga anggota badan yang ditinggikan untuk
mengurangi pembengkakan.
-
Pemberian
kompres area inflamasi dengan cairan NaCL 0,9 % untuk meningkatkan integritas
jaringan dan menurunkan respons nyeri.
-
Penggunaan
stoking kompresi dipasang pada pasien dengan edema ekstremitas bawah.
-
Lingkungan
tenang akan menurunkan stimulas nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan
membantu peningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila
apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.
-
Distraksi
(pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorphin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi
nyeri.
-
Manajemen
sentuhan pada saat nyeri sberupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan
nyeri.
|
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik.
|
Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
nyeri akan berkurang.
|
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antibiotic.
|
Terapi antibiotic sistemik yang
dipiih berdasarkan pemeriksaan sensitivitas umumnya diperlukan. Preparat oral
dicloxacillin atau nafcillin juga efektif untuk mengatasi erysipelas.
|
No. 2
Hipertermi
b.d respons inflamasi sistemik
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Beri kompres dingin di kepala dan
aksila
|
Memberikan respons dingin pada pusat pengatur
panas dan pada pembuluh darah besar.
|
Pertahankan tirah baring total selama
fase akut.
|
Mengurangi peningkatan proses
metabolisme umum.
|
Pertahankan asupan cairan minimal 2500
ml sehari.
|
Selain sebagai pemenuhan hidrasi tubuh,
juga akan meningkatkan pengeluaran panas tubuh mlalui system perkemihan, maka
panas tubuh juga dapat keluar melalui urine.
|
Kolaborasi pemberian analgetik-antipiretik.
|
Analgetik diperlukan untuk menurunkan
respons nyeri. Antipiretik diperlukan untuk menurunkan panas tubuh dan
memberikan perasaan nyaman pada pasien.
|
No.
3
Gangguan integritas jaringan kulit
berhubungan dengan respons inflamasi local dan nekrotik jaringan subkutis.
|
|
Tujuan : Dalam 5x24 Jam Integritas kulit membaik secara
optimal.
Kriteria Evaluasi
·
Pertumbuhan jarigan meningkat,
keadan luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi
pada klien.
|
Menjadi data dasar untuk memberikan
informasi intrvensi perawatan luka, alat apa yang akn dipakai dan jenis
larutan apa yang akan digunakan.
|
Lakukan Perawatan Luka
Ø Lakukan
perawatan luka dengan tekhnik steril.
Ø Kaji
keadaan luka dengan tekhnik membuka balutan dengan mengurangi stimulus nyeri,
luka melekat kuat ke kasa diguyur dengan NaCl.
Ø Lakukan
pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan cairan NaCl.
Ø Tutup
luka dengan kasa antimikroba steril dan dikompres dengan NaCl.
Ø Lakukan
nekrotomi
|
v Perawatan
luka dengan tekhnik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung ke arah
luka.
v Manajemen
membuka luka dengan menguyur larutan NaCl
ke kasa dapat mengurangi stimulus nyeri.
v Tekhnik
membuang jaringan dan kuman di arah luka dan diharapkan keluar dari arah
luka.
v NaCl
merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diarbsorpsi oleh jaringan
dibandingkan dengan larutan antiseptic, serta dicampur dengan antibiotic agar
dapat mempercepat penyembuhan luka.
v Jaringan
nekrotik pada luka Erisipelas akan memperlambat proses epitelisasi jaringan
luka sehingga memperlambat perbaikan jaringan.
|
Tingkatkan asupan nutrisi
|
v Diet
TkTP diperlukan untuk meningkatkan asupan sdari kebutuhan pertumbuhan jaringan.
|
Evaluasi kerusakan jaringan dan
perkembangan pertumbuhan jaringan.
|
Apabila masih belum mencapai dari
kriteria evaluasi 15x24 jam, maka perlu dikaji ulang factor-faktor menghambat
petumbuhan luka.
|
No. 4
Cemas
b.d prognosis penyakit, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Berikan privasi untuk pasien dan orang
terdekat.
|
Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan,
dan perilaku adaptasi.
Adanya keluarga dan teman-teman yang
dipilih pasien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya : membaca) akan menurunkan
perasaan terisolasi.
|
Kolaborasi :
Berikan anticemas sesuai indikasi,
contohnya diazepam .
|
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
kecemasan.
|
BAB
4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Erisipelas adalah infeksi pada dermis
dan jaringan subkutis bagian atas yang hampir selalu disebabkan oleh
Streptococcus pygogenes ( = Streptococcus beta hemolyticus grup A).(Herry,
1996).
4.2
Saran
Penulis
memberi saran kepada :
4.2.1 Para pembaca pada umumnya yaitu:
a.
Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dan menggunakan sabun atau shampo
yang mengandung antiseptic, agar kuman pathogen secepatnya hilang dari kulit.
b. Mengatasi factor predisposisi.
c.
Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila telah terjadi kerusakan
kulit berupa luka kecil maka segera dirawat / diobati.
4.2.2 Para mahasiswai khususnya
supaya lebih memahami konsep penyakit-penyakit Erisipelas itu sendiri agar
mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Erisipelas.
DaftarPustaka
Muttaqin,
Arif (2011). Asuhan keperawatan gangguan
sistem integumen. Jakarta:Salemba Medika
Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: EGCFitzpatrick.
(2005). Clinical Dermatology hal 603-612.5th ed.Fitzpatrick. (2007). Dermatology in general medicine hal
1893.6th ed
Annonymus.(2008) Penyakit
Erisipelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar