Selasa, 05 Mei 2015

ASUHAN KEPERAWATAN ERYSIPELAS

ASUHAN KEPERAWATAN   ERYSIPELAS 
 
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  LatarBelakang
      Erysipelas ( Erisipelas ) adalah infeksi akut pada kulit dan jaringan dibawah kulit yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes. Erysipelas dapat terjadi pada semua usia dan semua bangsa (ras), namun paling sering terjadi pada bayi, anak dan usia lanjut.
       Aste N, Atzori L, Zucca M,Pau M, Biggio P menyebutkan bahwa Erysipelas lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dengan perbandingan 4:1.Sekitar 85 % Erysipelas terjadi dikaki dan wajah, sedangkan sebagian kecil dapat terjadi di tangan, perut dan leherserta tempat lainnya            Erysipelas terjadi oleh penyebaran infeksi yang diawali dengan berbagai kondisi yang berpotensi timbulnya kolonisasi bekteri, misalnya: luka, koreng, infeksi penyakit kulit lain, luka operasi dan sejenisnya, serta kurang bagusnya hygiene. Selain itu, Erysipelas dapat terjadi pada seseorang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh, misalnya: diabetes millitus, malnutrisi (kurang gizi),dan lain-lain.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana definisi erysipelas ?
2.      Bagaimana Etiologi erysipelas  ?
3.      Bagaimana Manifestasi Klinis erysipelas  ?
4.      Bagaimana patofisiologi dan WOC penyakit erysipelas  ?
5.      Bagaimana pemeriksaan penunjang erysipelas  ?
6.      Bagaimana Penatalaksanaan pada erysipelas  ?
7.      Bagaimana Komplikasi erysipelas  ?
8.      Bagaimana Pencegahan erysipelas  ?
9.      Bagaimana asuhan keperawatan pada erysipelas  ?
1.3 Tujuan
1.3.1        Tujuan umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan penyakit Erisipelas.
1.3.2        Tujuan khusus
10.  Untuk mengetahui definisi erisipelas
11.  Untuk mengetahui Etiologi erisipelas
12.  Untuk mengetahui Manifestasi Klinis erysipelas
13.  Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC penyakit erysipelas
14.  Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang erisipelas
15.  Untuk mengetahui Penatalaksanaan pada erysipelas
16.  Untuk mengetahui Komplikasi erysipelas
17.  Untuk mengetahui Pencegahan erysipelas
18.  Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada erysipelas
1.4      Manfaat
           Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit erisipelas. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan erysipelas.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Erisipelas
   
Erisipelas merupakan penyakit infeksi bakteri, akut dengan gejala utama eritemia berwarna merah cerah dan berbatas tegas, dapat disertai gejala konstitusi. Kelenjar getah bening superficial membesar dan nyeri.
Erisipelas adalah infeksi pada dermis dan jaringan subkutis bagian atas yang hampir selalu disebabkan oleh Streptococcus pygogenes ( = Streptococcus beta hemolyticus grup A).(Herry, 1996).
2.2 Etiologi
Biasanya streptococcus b hemolyticusgrup A
Factor Predisposisi Erispelas
  1. Kakhesia
  2. Diabetes Melitus
  3. Malnutrisi
  4. Diasgammaglobulinemia
  5. Alkoholisme
  6. Dan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila disertai hygiene yang jelek.
2.3  Manifestasi Klinis
  1. Panas badan cukup tinggi (anak-anak dapat dengan konvulsi), sakit kepala, malaise dan muntah-muntah/mual.
  2. Lesi di kulit :
Makula eritematus yang meninggi dengan batas jelas, dapat ada vesikula di atasnya. Dirasakan panas dan nyeri.
Lokalisasi biasanya :
  1. bayi : dinding perut
  2. anak-anak :muka, kepala dan tungkai bawah.
  3. dewasa :tungkai bawah, muka, telinga.
Pada penderita yang kelainan immunologis, gejala klinisnya tidak khas missal kan kemerahan berkurang.
Awalnya ditandai dengan gejala konstitusi berupa demam, menggigil, sakit kepala, muntah, dan nyeri sendi.Lapisan kulit yang diserang adalah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, Karena itu tempat predileksi biasannya ditungkai bawah.
Kelainan kulit yang utama adalah eritemia yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut .Dapat disertai edema, vesikel dan bula. Jika tidak diobati akan menjalar kesekitaranya terutama piroksimal. Jika seiring residif ditempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.
2.4 Pathofisiologi
            Inokulasi bakteri ke daerah kulit yang mengalami trauma merupakan peristiwa awal perkembangan dari erisipelas. Dengan demikian, faktor-faktor lokal, seperti insusfisiensi vena, statis ulserasi, dermatitis, gigitan serangga, dan sayatan bedah telah terlibat sebagai pintu masuknya kuman ke kulit.
Sumber bakteri di erisipalas wajah sering bersumber dari nasofaring dan riwayat faringitis streptokokus baru-baru ini telah dilaporkan dalam sampai sepertiga dari kasus.       Faktor predisposisi lainnya termasuk diabetes, penyalahgunaaan alkohol, infeksi HIV, sindrom nefrotik, kondisi penurunan sistem imun lain, dan tidak optimalnya higienis meningkatkan risiko erisipelas.
            Disfungsi limfatik subklinis adalah faktor resiko untuk erisipelas. Dalam erisipelas, infeksi dengan cepat menyerang dan menyebar melalui pembuluh limfatik. Kondisi ini akan memberikan manifestasi kerusakan kulit diatasnya dan pembengkakan kelenjar getah bening regional. Respon imunitas menjadi menurun dan memberikan optimalisasi bagi organisme untuk berkembang.
Peningkatan
Suhu Tubuh
Ketidaktahuan Tentang Proses
Penyakit, Perawatan, dan Pencegahan Berulangnya Penyakit
2.5 WOC
Invasi bakteri ke Dermis, Subkutis, dan jaringan limfatik
Erisipelas
Respon Inflamasi pada dermis dan Subkutis
Respons Lokal
Respons
 Inflamasi Sistemik
Respons
Psikologi
Cemas
Nyeri
Hipertermi
Kerusakan
Integritas
Jaringan
Kerusakan
Saraf Prifer

2.6 Pemeriksaan Penunjang
Biasanya di dapatkan leukosit osispolimorfonulear>20.000/ul
  1. Darah :Leucocytosis.
  2. Bila memungkinkan :
a)   Periksa Titer ASO :meningkat seminggu setelah infeksi.
b)   Mencari Streptococcus dengan kultur dari tenggorokan, hidup atau mata.
2.7 Penatalaksanaan
1.      Pada penderita bayi, usia tua dan yang keadaan umumnya lemah sebaiknya dirawat di RS.
2.       Pemberian antibiotika sistemik diberikan 7–10 hari.
a.       Penisilin dan semisintetiknya (pilih salah satu)
·        Penisilina G Prokain
Dosis : 1 – 2 dd 0,6 – 1,2 juta UAnak-anak : 1 – 2 dd 25.000  50.000 I.U./kg
·        Ampisilin
4 dd 250 – 500 mg a.c.anak-anak : 4 dd 25 – 75 mg/kg – a.c.
·                 Amoksilin (penulisan resep harus diparaf staf medik UPF)
3dd 250 – 500 mg.a.anak-anak : 3 dd. 7,5 – 25 mg/kg a.c.b.
b.      Eritromisin
4 dd 250  –  500 mg pcanak-anak : 4 dd 12,5 m – 25 mg/kg – pc bila alergi penisilin.
c.       Linkomisin
3– 4 dd 250 – 500 mganak-anak lebih 1 bulan 3 dd 10 – 20 mg/kgbila alergi penisilin dan yang menderita gangguan saluran cernad.
d.      Bila kambuh-kambuh diberikan antibiotika sistemik dosis tinggi dulusampai sembuh, baru dilanjutkan dosis rendah jangka lama selama 1– 3 bulan.
3.      Pengobatan topical
a.       Kompres dengan solusio Sodium Chloride 0,9 % atau Solusio Burowi :
·        bila ada vesikule/bule
·        dapat sebagai pendingin
b.      Neocitrin ointment (Basitrasina dan Polimiksina B) bila lesi kulit telah kering.
2.8 Komplikasi
            Bila tidak diobati atau diobati tetapi dosis tidak adekuat, maka kuman penyebab erysipelas akan menyebar melalui aliran limfe sehingga terjadi abses subkutan, septikemi dan infeksik organ lain (nefritis). Pengobatan dini dan adekuat dapat mencegah terjadinya komplikasi supuratif dan non supuratif.
            Pada bayi dan usia lebih lanjut yang lemah, serta penderita yang sementara mendapat pengobatan dengan kortikosteroid, erispelas dapat progresif bahkan bisa terjadi kematian (mortalitas pada bayi bisa mencapai 50 %).
Erysipelas cenderung rekuren pada lokasi yang sama, mungkin disebab kan oleh kelainan imunologis, tetapi factor predisposisi yang berperan pada serangan pertama harus dipertimbangkan sebagai penyebab misalnya obstruksi limfatik akibat mastek tomiradikal (merupakan factor predidposisi erispelas rekuren).
2.9  Pencegahan
            Untuk mencegah terjadinya Erisipelas maka hal-hal di bawah ini yang perlu dilalukukan :
  1. Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dan menggunakan sabun atau shampo yang mengandung antiseptic, agar kuman pathogen secepatnya hilang dari kulit.
  2. Mengatasi factor predisposisi.
  3. Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila telah terjadi kerusakan kulit berupa luka kecil maka segera dirawat / diobati.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1  Pengkajian
            Biasanya didahului dengan gejala prodomal malaise, dapat disertai reaksi konstitusional yang hebat berupa panas tinggi,sakit kepala, menggigil, muntah, dan nyeri sendi .Lesi kulit berupa kemerahan atau eritema lokal terbatas jelas dengan tepi meninggi, teraba panas, dan rasa nyeri.            Pada bagian atasnya mungkin terdapat vesikula atau bula yang mengandung cairan seropurulen. Lokasi tersering adalah di wajah dan tungkai bawah, sedangkan pada bayi lebih sering pada bagian perut. Pada pemeriksaan darah sering didapatkan penigkatan kadar lekosit >20.000/mm3.
3.2   Diagnosa Keperawatan       
1.    Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi local jaringan subkutan.
2.    Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi sistemik.
3.    Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan respons inflamasi local dan nekrotik jaringan subkutis.
4.    Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
.
3.3  Intervensi Keperawatan
Tujuan intervensi keperawatan adalah menurunkan stimulus nyeri, penurunan suhu tubuh, pemenuhan informasi. Untuk intervensi penurunan suhu tubuh dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien varisela. Untuk intervensi peningkatan integritas jaringan kulit dapat disesuaikan dengan masalah yang sama dengan pasien frunkel. Untuk intervensi kecemasan dapat disuaikan dengan masalah yang sama pada pasien selulitis.


No. 1
Nyeri b.d. respons inflamasi local saraf perifer kulit.
 Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang / hilang atau teradaptasi.
 Kriteria Evaluasi:
ü  Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1 (0-4).
ü  Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
ü  Pasien tidak gelisah.
Intervensi
Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST
Menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperawatan yang telah dilakukan.
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive.
Pencekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan :
·        Atur posisi imobilisasi ekstremitas yang mengalami erysipelas.
·        Istirahatkan klien.
·        Lakukan Kompres.
·        Pasang stoking pada ekstremitas bawah yang mengalami erysipelas.
·        Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
·        Ajarkan tekhnik distraksi pada saat nyeri.
·        Lakukan manajemen sentuhan.
-         Bagian tubuh yang mengalami inflamasi local dilakukan imobilisasi untuk menurunkan respons peradangan dan meningkatkan kesembuhan.
-         Pasien dengan infeksi akut yang melibatkan ekstremitas harus didorong untuk membatasi aktivitas mereka dan menjaga anggota badan yang ditinggikan untuk mengurangi pembengkakan.
-         Pemberian kompres area inflamasi dengan cairan NaCL 0,9 % untuk meningkatkan integritas jaringan dan menurunkan respons nyeri.
-         Penggunaan stoking kompresi dipasang pada pasien dengan edema ekstremitas bawah.
-         Lingkungan tenang akan menurunkan stimulas nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu peningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.
-         Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorphin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.
-         Manajemen sentuhan pada saat nyeri sberupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic.
Terapi antibiotic sistemik yang dipiih berdasarkan pemeriksaan sensitivitas umumnya diperlukan. Preparat oral dicloxacillin atau nafcillin juga efektif untuk mengatasi erysipelas.
No. 2
Hipertermi b.d respons inflamasi sistemik
Intervensi
Rasional
Beri kompres dingin di kepala dan aksila
Memberikan respons dingin pada pusat pengatur panas dan pada pembuluh darah besar.
Pertahankan tirah baring total selama fase akut.
Mengurangi peningkatan proses metabolisme umum.
Pertahankan asupan cairan minimal 2500 ml sehari.
Selain sebagai pemenuhan hidrasi tubuh, juga akan meningkatkan pengeluaran panas tubuh mlalui system perkemihan, maka panas tubuh juga dapat keluar melalui urine.
Kolaborasi pemberian analgetik-antipiretik.
Analgetik diperlukan untuk menurunkan respons nyeri. Antipiretik diperlukan untuk menurunkan panas tubuh dan memberikan perasaan nyaman pada pasien.
No. 3
Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan respons inflamasi local dan nekrotik jaringan subkutis.
Tujuan : Dalam  5x24 Jam Integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria Evaluasi
·        Pertumbuhan jarigan meningkat, keadan luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
Intervensi
Rasional
Kaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien.
Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intrvensi perawatan luka, alat apa yang akn dipakai dan jenis larutan apa yang akan digunakan.
Lakukan Perawatan Luka
Ø  Lakukan perawatan luka dengan tekhnik steril.
Ø  Kaji keadaan luka dengan tekhnik membuka balutan dengan mengurangi stimulus nyeri, luka melekat kuat ke kasa diguyur dengan NaCl.
Ø  Lakukan pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan cairan NaCl.
Ø  Tutup luka dengan kasa antimikroba steril dan dikompres dengan NaCl.
Ø  Lakukan nekrotomi
v  Perawatan luka dengan tekhnik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung ke arah luka.
v  Manajemen membuka luka dengan menguyur larutan NaCl  ke kasa dapat mengurangi stimulus nyeri.
v  Tekhnik membuang jaringan dan kuman di arah luka dan diharapkan keluar dari arah luka.
v  NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diarbsorpsi oleh jaringan dibandingkan dengan larutan antiseptic, serta dicampur dengan antibiotic agar dapat mempercepat penyembuhan luka.
v  Jaringan nekrotik pada luka Erisipelas akan memperlambat proses epitelisasi jaringan luka sehingga memperlambat perbaikan jaringan.
Tingkatkan asupan nutrisi
v  Diet TkTP diperlukan untuk meningkatkan asupan sdari kebutuhan pertumbuhan jaringan.
Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan.
Apabila masih belum mencapai dari kriteria evaluasi 15x24 jam, maka perlu dikaji ulang factor-faktor menghambat petumbuhan luka.
No. 4
Cemas b.d prognosis penyakit, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
Intervensi
Rasional
Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat.
Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, dan perilaku adaptasi.
Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih pasien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya : membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi.
Kolaborasi :
Berikan anticemas sesuai indikasi, contohnya diazepam .
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.


BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Erisipelas adalah infeksi pada dermis dan jaringan subkutis bagian atas yang hampir selalu disebabkan oleh Streptococcus pygogenes ( = Streptococcus beta hemolyticus grup A).(Herry, 1996).
4.2 Saran
Penulis memberi saran kepada :
4.2.1 Para pembaca pada umumnya yaitu:
a. Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dan menggunakan sabun atau shampo yang mengandung antiseptic, agar kuman pathogen secepatnya hilang dari kulit.
b.   Mengatasi factor predisposisi.
c. Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila telah terjadi kerusakan kulit berupa luka kecil maka segera dirawat / diobati.
4.2.2 Para mahasiswai khususnya supaya lebih memahami konsep penyakit-penyakit Erisipelas itu sendiri agar mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Erisipelas.


DaftarPustaka
Muttaqin, Arif (2011). Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen. Jakarta:Salemba Medika
Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGCFitzpatrick. (2005). Clinical Dermatology hal 603-612.5th ed.Fitzpatrick. (2007). Dermatology in general medicine hal 1893.6th ed
Annonymus.(2008) Penyakit Erisipelas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar