BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi
fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit
dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan
tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan
jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun
kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur
ini. (Price,S.A,1995 :175)
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang
terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan
mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota
ini. Ratusan orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini.
Memang di negara ini, kasus kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan
lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit
jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003,
jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai
9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan.
Dengan data itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang
menyebabkan 30 orang meninggal dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah
kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada tahun 2001 jumlah korban
mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.672 orang.
Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari
sampai September, jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal
903 orang.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah
tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas
fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga
berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang
tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa
diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya
disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat
bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa
sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam
kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas
dan fraktur vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan
atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua
jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang
paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada
batang femur 1/3 tengah.
(http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)
II.
Rumusan Masalah
a.
Apa itu fraktur?
b.
Bagaimana penanganan
fraktur post orif?
c.
Bagaimana merumuskan asuhan
keperawatan dan intervensinya?
BAB II
LANDASAN TEORI
1.
Pengertian
Fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004: 840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth. 2001 : 2357).
Fraktur adalah terputusnya
hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann
and Sorensens, 1993 : 1915).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga
tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price
and Wilson, 1995 : 1183).
Fraktur menurut Rasjad
(1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Fraktur adalah patah
tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga
tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak lengkap. (Arice,
1995 : 1183)
Patah tulang adalah terputusnya hubungan
normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari,
2000 : 144)
Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
ruda paksa. (Mansjoer, 2000 : 42)
Fraktur tertutup adalah bila
tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah
fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi
infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).Jadi berdasarkan pengertian diatas
fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan.
2.
Etiologi
1.
Cedera dan benturan seperti
pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, kontraksi otot
ekstrim.
2.
Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi
energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3.
Kelemahan tulang akibat
penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur
adalah :
1.
Kekerasan langsung;
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang
atau miring.
2.
Kekerasan tidak langsung:
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam
jalur hantaran vektor kekerasan.
3.
Kekerasan akibat tarikan
otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat
jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
3.
Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long,
1996: 356). Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur
bemper mobil, atau tidak langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak
tangan menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah
tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi.
(Oswari, 2000: 147)
Fraktur dibagi menjadi
fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer,
2000: 346).
Sewaktu tulang patah
perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak
sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih
dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat
patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk
melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang
baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287)
4.
Pengobatan
Pengobatan dari fraktur
tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif meliputi
proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari
reposisi terbuka, fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis
diikuti fiksasi interna (Mansjoer, 2000: 348)
Pada pemasangan bidai, gips
atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang patah. Imobilisasi
dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak cepat
(Price, 1995 : 1192). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan
menderita komplikasi dari imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak enak,
iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya kekuatan otot. (Long, 1996:
378)
Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Pada reduksi terbuka
fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin, sekrup, pelat,
paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu sendiri
merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak
mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama
tindakan operasi. (Price, 1995: 1192)
Pembedahan yang dilakukan
pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang hebat. (Brunner
& Suddarth, 2002: 2304)
5.
Klasifikasi
a.
Fraktur Tertutup (Simple
Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak
menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak
mempunyai hubungan dengan dunia luar
b.
Fraktur Terbuka (Compound Fracture).
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar
melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari
dalam), atau from without (dari luar).
c.
Fraktur dengan komplikasi
(Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai
dengan komplikasi, misalnya mal-union, delayed union, non-union, dan infeksi
tulang
6.
Manifestasi Klinis
a.
Nyeri terus menerus dan
bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai
fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan
gerakan antar fragmen tulang.
b.
Deformitas dapat disebabkan
pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya obat.
c.
Pemendekan tulang, karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
d.
Krepitasi yaitu pada saat
ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang
teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
e.
Pembengkakan dan perubahan
warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti
fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah
cedera.
7.
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur,
deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus
vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu
diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah
(LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa
penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
8.
Komplikasi
a.
Malunion, adalah suatu
keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada
seharusnya, membentuk sudut atau miring
b.
Delayed union adalah proses
penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari
keadaan normal
c.
Nonunion, patah tulang yang
tidak menyambung kembali.
d.
Compartment syndroma adalah
suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang
disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
e.
Shock terjadi karena
kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
f.
Fat embalism syndroma,
tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli
lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80
fraktur tahun.
g.
Tromboembolic
complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil
dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi
pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila
terjadi pada bedah ortopedil
h.
Infeksi, Sistem pertahanan
tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi
dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat
i.
Avascular necrosis, pada
umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
j.
Refleks symphathethic
dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal
syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik
dan vasomotor instability.
9.
Penatalaksanaan
a.
Penatalaksanaan
konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi pada
patah tulang dapat terpenuhi.
i.
Proteksi (tanpa reduksi
atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih
lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau
tongkat pada anggota gerak bawah.
ii.
Imobilisasi degan bidai
eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau
dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada
fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
iii.
Reduksi tertutup dengan
manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup
yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local. Reposisi
yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk
imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.
iv.
Reduksi tertutup dengan
traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama,
yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
b.
Penatalaksanaan pembedahan.
i.
Reduksi tertutup dengan
fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner),
misalnya pada fraktur jari.
ii.
Reduksi terbuka dengan
fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation). Merupakan tindakan
pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan
implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah
Asuhan Keperawatan
Pada pasien Post
Orif Femur & Tibia
1. Pengkajian
I.
Identitas
Nama : Tn.S
Jenis
kelamin : Laki-laki
Umur : 27 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : NAD.Aceh
Tenggara. Desa Peseluk Pesimbe Kec. Deleng Pokhki
Tanggal
masuk : 1 Maret 2012
NO.
Register : 04062
Ruang/Kamar : RB III /18
Golongan
Darah : B
Tanggal
Pengkajian : 2 April 2012
Tanggal
Operasi : 23 Maret 2012
Dx
Medis : Fraktur Open
(L) femur + open (L) fibula
Penanggung
Jawab
Nama : Ny.S
Hubungan : Istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : NAD.Aceh
Tenggara. Desa Peseluk Pesimbe Kec. Deleng Pokhki
II.
Keluhan Utama
Nyeri, Susah beraktivitas
III.
Riwayat Kesehatan
Sekarang
1. Provocative
/ Palliative
a. Apa
penyebabnya
Kecelakaan lalu lintas pada tanggal
28 februari 2012 di Kutacane
b. Hal-hal
yang memperbaiki keadaan
Perawatan medis di RSU Kutacane
2. Quantity
/ Qualitas
Ø Bagaimana
dirasakan : kaki tidak dapat digerakkan,
bila digerakkan nyeri
Ø Bagaimana
dilihat : Mobilitas pasien pada kaki
belum berfungsi
3. Region : femur dan fibula tanpa metastasi
4. Severity : sebagian aktivitas terganggu
5. Time : Nyeri timbul 5 hari sejak
operasi selesai dan sampai selesai
IV.
Riwayat Kesehatan Masa
Lalu
a. Penyakit
yang pernah dialami :
Demam
b. Pengobatan
/ tindakan yang dilakukan :
Minum obat tradisional
c. Pernah
dirawat / dioperasi :
tidak pernah
d. Lama
rawatan :
-
e. Alergi :
-
f. Imunisasi :
-
V.
Riwayat Kesehatan
Keluarga
a. Orang
Tua :
tidak pernah ada masalah
b. Saudara
kandung :
-
c. Penyakit
keturunan yang ada :
-
d. Anggota
keluarga yang meninggal :
-
e. Penyebab
meninggal :
-
f. Genogram
VI.
Riwayat / Keadaan
Psikologis
a. Bahasa
yang digunakan :
Indonesia
b. Persepsi
tentang penyakit :
yakin akan sembuh
c. Konsep
diri :
1. Body
image : pasien menyukai semua anggota
tubuhnya
2. Ideal
diri : pasien ingin segera pulang
3. Harga
diri : tetap percaya diri
4. Peran
diri : sementara terganggu, tapi
pasien yakin segera dapat menafkahi keluarganya
5. Personal
identity: laki – laki
d. Keadaan
emosi :
Stabil
e. Perhatian
terhadap orang lain/lawan bicara :
focus dan memperhatikan
VII.
Pemeriksaan fisik
a) Keadaan
Umum : lemah
b) Tanda-tanda
vital :
Tempat : 36,7oC
TD :
120/70 mmHg
TB :
161 cm
BB :
55 Kg
Pols : 73 x/i
RR :
20 x/i
c) Pemeriksaan
fisik
1. Mata
: Lengkap dan simetris
2. Palpebra
: Tidak ada katarak
d) Pemeriksaan
muskuloskletal / ekstermitas
a. Kesimetrisan
otot : tidak simetris antara
ekstermitas inferior kiri dan kanan
b. Pemeriksaan
edema : tidak ada edema
c. Kekuatan
otot :
Ex.Atas kanan : 55555
Ex.Atas kiri :55555
Ex.Bawah kiri :55555
Ex.Bawah kanan :54421
d. Kelainan
pada ekstermitas : tidak ada
e) Pemeriksaan
neurologi
a. Tingkat
kesadaran : GCS 15, E 4, M6, V5
f) Hasil
pemeriksaan penunjang
a. Lab :
i.
Tanggal 19 maret 2012:
Hb :
13.50
Trombosit : 586
Eritrosit : 4.46
ALT Hati : 47
ii.
Tanggal 20 maret 2012
Hb :
13
Trombosit : 508
Eritrosit : 4.30
iii.
Tanggal 23 maret 2012
Hb :
8.70
Eritrosit : 2.95
iv.
Tanggal 25 maret 2012
Hb :
10.10
Eritrosit : 4.20
b. Radiologi
i.
Foto kontras knee joint
AP/L tanggal 19 maret 2012
Metafisis proximal os tibia sudah
terbentuk callus di fraktur. Displacement
fraqmen distal ke posterior.
ii.
Tanggal 23 maret 2012
Oblique complet metafisis proximal
os fibula dengan displacement fragmen distal ke medial.
Tidak ada lesi litik dan balstik
terpasang fixasi eksternal di region cruris kiri.
Tidak ada dislokasi
g) Penatalaksanaan
dan terapi
a. IVFD
RL 20 gtt/i
b. Ranitidine
50 mg/12 jam
c. Keterolac
30mg/8 jam
d. Ceftriaxone
1g/12 jam
e. Trasfusi
bila Hb turun.
VIII.
Diagnose keperawatan
a. Nyeri
berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, dan
cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
b. Kerusakan
Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka Neusomuskuler Trauma,resiko
3. Intervensi Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji lokasi,
intensitas dan tipe nyeri
Imobilisasi
bagian yang sakit
Tinggikan dan dukung
ekstremitas yang terkena
Dorong
menggunakan teknik manajemen relaksasi
Berikan
obat analgetik sesuai indikasi
|
Untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepat
Untuk mempertahankan posisi fungsional tulang
Untuk memperlancar arus balik vena
Agar klien rileks
Untuk mengurangi nyeri
|
2.
Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka Neusomuskuler
Intervensi
|
Rasional
|
Ambulasi
Mobilitas Sendi
penggunaan pergerakan tubuh aktif
perubahan posisi
memindahkan pasienatau bagian tubuh
|
Meningkatkan dan membantu
berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi tubuh
untuk mempertahankan atau
memperbaiki fleksibilitas sendi
untuk memberikan
kenyamanan, menurunkan resiko kerusakan kulit mendukung integritas kulit dan
meningkatkan penyembuhan.
|
Implementasi :
Hari 1 s/d 3:
Pukul 17.00
Mengkaji keadaan umum pasien : keadaan umum lemah,
akelauhan umum nyeri
Pukul 17.20
Mengkaji nyeri : lokasi di daerah sendi femur proksimal
sampai daerah gips
Intensitas nyeri : 3
Menganjurkan pasien untuk mendengar musica yang disukai
Pukul 17.40
Hari ketiga
Pasien kehilangan alat music
Menganjurkan pasien menarik nafas dalam (nyeri masih
sedikit terasa)
Pukul 18.00
Memberi diet MB pasien
Pukul 19.00
Membantu pasien miki miki
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar