ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT HEMANGIOMA
A. Definisi
Hemangioma
adalah proliferasi dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada
setiap jaringan pembuluh darah (Anonim, 2005).
Hemangioma
merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun tidak
menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang tua, contohnya adalah cherry
hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak, kecil, red-purple
papule pada kulit orang tua (Olmstead, et al., 1994; Pieter, et
al., 1997; Hamzah, 1999).
B. Anatomi fisologi
1. Anatomi
dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang
terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan
dengan selaput lendir yang melapisi rongga – rongga, lubang – lubang masuk.
Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringant dan kelenjar mukosa. Kulit
terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkutan (Syaifudin,
2006).
a.
Epidermis
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu :
1)
Stratum koneum
Selnya sudah mati, tidak mempunyai
inti sel, inti selnya sudah mati, dan mengandung zat keratin.
2)
Stratum lusidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah se –
sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi
jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat di telapak tangan
dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperi suatu pita yang bening, batas –
batas sel sudah tidak begitu terlihat.
3)
Stratum granulosum
Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih seperti kumparan.
Sel – sel tersebut terdapat hanya 2 – 3 lapis yang sejajar dengan permukaan
kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir – butir yang disebut keratohialin yang
merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir – butir
stratum granulosum.
4)
stratum spinosum/stratum akantosum
Lapisan sratum spinosum/stratum akantosum merupakan laisan
yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5 – 8 lapisan. Sel –
selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel – selnya
terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyal sudut) dan mempunyai tanduk
(spina). Disebut akantosum karena sel – selnya berduri. Ternyata spina dan
tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelular
bridges atau jembatan interseluler.
5)
Stratum basal/geminatifum
Stratum basal/geminatifum disebut basal karena sel – selnya
terletak di bagian basal. Stratum germatifum menggantikan sel – sel yang
diatasnya dan merupakan sel – sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan
inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir – butir yang halus disebut butir
melanin warna. Sel tersebut seperti pagar (palidase) di bagian bawah sel
tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel – sel basalis
dengan membran basalis merupakan batas bawah dari epidermis dengan dermis.
Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol
pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis
menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete
pegg (prosessus interpapilaris).
b.
Dermis
Dermis
merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh
membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas
ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan adalah mulainya terdapat sel
lemak.
Dermis
terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris (stratum papilar)
dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars
papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik
pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan longgar yang
tersusun dari serabut – serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis,
dan serabut retikulus.
Serabut
ini saling beranyaman dan masing – masing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut
kolagen, untuk memberikan kekuatan pada kulit, serabut elastis, memberikan
kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan
folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut.
c.
Subkutan
Subkutis
terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan di antara gerombolan ini
berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis. Sel – sel lemak ini bentuknya
bulat dengan intinya terdesak di pinggir, sehingga membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap
– tiap tempat dan juga pembagian antara laki – laki dan perempuan tidak sama
(berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau
pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau
untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
C. Etiologi
Penyebab
hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis sepertinya memiliki
peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic
Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth
Factor (VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan
faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis
inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta,
dan transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya
hemangioma (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).
D. Patofisiologi
Meskipun
mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan involusi hemangioma
tidak begitu dimengerti, pengetahuan mengenai pertumbuhan dari pembuluh darah
yang normal dan proses angiogenesis dapat dijadikan petunjuk. Vaskulogenesis
menunjukkan suatu proses dimana prekursor sel endotel meningkatkan pembentukan
pembuluh darah, mengingat angiogenesis berhubungan dengan perkembangan dari
pembuluh darah baru yang ada dalam sistem vaskular tubuh. Selama fase
proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan dari sel-sel endotel dari
kapiler-kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis, termasuk
proliferasi dari antigen inti sel, collagenase tipe IV, basic
fibroblastic growth factor, vascular endothelial growth factor,
urokinase, dan E-selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi
(Olmstead, et al., 1994; Kushner, et al., 1999; Katz, et al.,
2002).
Hemangioma
superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan cepat dimana ukuran dan
volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti dengan fase istirahat, dimana
perubahan hemangioma sangat sedikit, dan fase involusi dimana hemangioma
mengalami regresi secara spontan. Selama fase involusi, hemangioma dapat hilang
tanpa bekas. Hemangioma kavernosa yang besar mengubah kulit sekitarnya, dan
meskipun fase involusi sempurna, akhirnya meninggalkan bekas pada kulit yang
terlihat. Beberapa hemangioma kapiler dapat involusi lengkap, tidak
meninggalkan bekas (Kantor, 2004; Lehrer, 2004; Hall, 2005).
E. Klasifikasi
Pada dasarnya
hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan hemangioma
kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma) terjadi pada kulit
bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih
dalam, biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus kedua
jenis hemangioma ini dapat terjadi bersamaan atau disebut hemangioma campuran
(Hamzah, 1999; Lehrer, 2003).
A. Hemangioma
kapiler
1. Strawberry
hemangioma (hemangioma simplek)
Hemangioma
kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir. Lebih
sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam beberapa hari atau
beberapa minggu (Hall, 2005). Tampak sebagai bercak merah yang makin lama makin
besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas
tegas, dan keras pada perabaan. Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna
di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang dan lebih mendatar (Kushner, et
al., 1999; Katz, et al., 2002; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).
2. Granuloma
piogenik
Lesi ini
terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi
bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder.
Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan
tersering pada bagian distal tubuh yang sering mengalami trauma. Mula-mula
berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat
mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah (Worman, 1998;
Hamzah, 1999).
B. Hemangioma
kavernosum
Lesi ini
tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang berwarna
merah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan cepat mengembung lagi
apabila dilepas. Lesi terdiri dari elemen vaskular yang matang. Bentuk
kavernosum jarang mengadakan involusi spontan (Cohen, 2004; Anonim, 2005).
C. Hemangioma
campuran
Jenis ini
terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran
klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar
ditemukan pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat
terjadi sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna
merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran
keratotik dan verukosa (Hamzah, 1999; Kushner, et al., 1999; Lehrer,
2003; Anonim, 2005).
F. Manifestasi klinik
1. Hemangioma kapiler Tanda-tanda
Hemangioma kapiler, berupa: Bercak merah tidak menonjol dari permukaan kulit.
Salmon patch´ berwarna lebihmuda sedang ³Port wine stain´ lebih gelap
kebiru-biruan, kadang-kadang membentuk benjolan di atas permukaan
kulit.
2. Hemangioma kavernosumTampak sebagai suatu
benjolan, kemerahan, terasa hangat dan ³compressible´ (tumor mengecil bila
ditekan dan bila dilepas dalam beberapa waktu membesar kembali).
3. Hemangioma Campuran.Diantara jenis Hemangioma
kavernosum dan campuran ada yang disertai fistulaarterio-venous (bawaan).
gejala klinis
Tergantung macamnya :
a) Hemangioma kapiler, ³Port wine
stain´ tidak ada benjolan kulit.
b) ³Strawberry mark´, menonjol seperti buah
murbai.
G. Komplikasi
1. Perdarahan
Komplikasi
ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya. Penyebabnya
ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah karena
tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di
bawahnya terus tumbuh (Katz, et al., 2002).
2. Ulkus
Ulkus
menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan, dan
sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat
ruptur (Kushner, et al., 1999).
3. Trombositopenia
Jarang
terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu dikira bahwa
trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian bahwa
dalam jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami
sekuesterisasi (Katz, et al., 2002).
4. Gangguan penglihatan
Pada regio
periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan
harus lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari
sumbatan pada sumbu penglihatan (visual axis). Kebanyakan
komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma yang disebabkan tekanan tersembunyi
dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang retrobulbar (Kushner, et al.,
1999).
H. Penanganan
Ada 2 cara
pengobatan:
1. Cara
konservatif
Pada
perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam
bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi
regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai
umur 5 tahun (Hamzah, 1999).
Hemangioma
superfisial atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi. Apabila
hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat normal
(Kantor, 2004).
2. Cara aktif
Hemangioma
yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma yang tumbuh
pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan; hemangioma yang
mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang
mengalami infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi
deformitas jaringan (Anonim, 2005).
2.1.
Pembedahan
Indikasi :
1.
Terdapat tanda-tanda
pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam beberapa minggu lesi menjadi 3-4
kali lebih besar.
2.
Hemangioma raksasa dengan
trombositopenia.
3.
Tidak ada regresi spontan,
misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7 tahun.
Lesi yang
terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat, mungkin
memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya (Hamzah, 1999).
2.2. Radiasi
Pengobatan
radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan karena:
1.
Penyinaran berakibat kurang
baik pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif.
2.
Komplikasi berupa keganasan
yang terjadi pada jangka waktu lama.
3.
Menimbulkan fibrosis pada kulit
yang masih sehat yang akan menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.
2.3.
Kortikosteroid
Kriteria
pengobatan dengan kortikosteroid ialah:
1. Apabila
melibatkan salah satu struktur yang vital.
2. Tumbuh
dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
3. Secara
mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.
4. Adanya banyak perdarahan dengan
atau tanpa trombositopenia.
5. Menyebabkan dekompensasio
kardiovaskular.
Kortikosteroid
yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan hemangioma
mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum, dan
campuran. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan
perlahan-lahan diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan
kortikosteroid dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada lesi
yang tumbuh cepat (Hamzah, 1999).
Hemangioma
kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu penglihatan umumnya
diobati dengan steroid injeksi yang menurunkan ukuran lesi secara cepat,
sehingga perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma kavernosa atau
hemangioma campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara oral dan
injeksi langsung pada hemangioma (Kantor, 2004).
Penggunaan
kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan infeksi
sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan terhambat
(Anonim, 2005).
2.4. Obat
sklerotik
Penyuntikan
bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya dengan namor rhocate 50%,
HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara
ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatrik (Hamzah,
1999).
2.5.
Elektrokoagulasi
Cara ini
dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya, juga
untuk hemangioma senilis dan granuloma piogenik (Hamzah, 1999).
2.6. Antibiotik
Antibiotik diberikan pada
hemangioma yang mengalami ulserasi. Selain itu dilakukan perawatan luka secara
steril (Anonim, 2005).
PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN ANAK
A.
Identitas
Data
Nama :
Rohmatun
Umur :
9 Bulan
Nama Ayah/Ibu :
Zaeni/Nur
Pekerjaan Ayah :
Buruh
Pekerjaan Ibu :
-
Alamat :
Kampung Rawa Tengah RT 06/RW 07 No.10 Johor Baru Jak-Pus
Kultur :
Betawi
Agama :
Islam
Pendidikan Ayah/Ibu : SMP/SMP
B.
Keluhan Utama
A. Untuk operasi benjolan sebesar telur puyuh di tengkuk sebelah kanan
C.
Riwayat
Kehamilan dan Kelahiran
- Prenatal
Selama kehamilan
ibu memeriksakan kehamilan 6 x di bidan, TT (+), emesis/hiperemesis (-), tidak
mengikuti senam hamil
- Natal
Anak lahir di
bidan swasta, lahir spontan langsung menangis, berat badan lahir 3400 gram
- Postnatal
Selama
postnatal, tidak ada keluhan, anak minum ASI dan tidak diberikan makanan
tambahan, sakit berat selama periode ini tidak ada
D.
Riwayat Masa Lampau
- Penyakit waktu kecil
Anak tidak
pernah sakit berat hanya batuk dan pilek biasa, dua minggu yang lalu anak
terkena cacar air dan sekarang sudah sembuh. Benjolan pada tengkuk dimulai pada
40 hari setelah kelahiran dengan kemerahan pada area tengkuk kanan. Kemudian
semakin membesar. Saat cacar, benjolan juga terkena dan terluka sehingga mengeluarkan
darah.
- Pernah dirawat di rumah sakit
Tidak pernah
- Obat-obatan yang digunakan
Bila anak sakit
biasanya diberikan obat-obat bebas (seperti bodrexin, tempra dll). Untuk
keluhan benjolan tidak pernah diberikan obat.
- Tindakan operasi
Tidak pernah
- Alergi
Pada daerah
kepala dan punggung nampak bintik-bintik biang keringat berwarna kemerahan.
Menurut ibu, tidak ada riwayat alergi.
- Kecelakaan
Menurut ibu
anaknya pernah terjatuh dari tempat tidur sebanyak dua kali tapi tidak apa-apa
hanya menangis saja
- Imunisasi
Lengkap, kecuali
Campak yang belum diberikan karena anak sempat sakit cacar air.
E.
Riwayat Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit
keturunan seperti asma, diabetes mellitus dan penyakit gangguan jiwa
Genogram :
F.
Riwayat Sosial
- Yang mengasuh
Yang mengasuh
anak adalah ibu sendiri dan kadang-kadang dibantu oleh nenek klien
- Hubungan dengan anggota keluarga
Anak adalah anak
kedua dengan kakak berusia 4 tahun, anak sering bertengkar dengan kakaknya
karena berebutan mainan. Secara umum hubungan dengan anggota keluarga baik.
- Hubungan dengan teman sebaya
Klien berumur 9
bulan dan belum mampu berinteraksi dengan teman sebaya
- Pembawaan secara umum
Klien tampak
lincah dan suka menggumamkan kata-kata yang belum jelas artinya
G.
Kebutuhan Dasar
- Makanan yang disukai/tidak disukai
Anak hanya
mendapat ASI dan air putih saja sejak lahir. Ibu pernah mencoba memberikan susu
formula dan bubur promina tetapi anak tidak mau dan memuntahkannya. Produksi
ASI menurut ibu masih cukup tetapi sudah mulai berkurang daripada bulan lalu.
Anak menyusui 10 – 12 kali sehari dan bila rewel langusng diberikan ASI.
- Pola tidur
Anak tidur 10 –
12 jam sehari
- Mandi
Anak dimandikan
dua kali sehari, memakai sabun dikeringkan dengan handuk dan bedak gatal untuk
mengobati biang keringat setelah mandi.
- Aktifitas bermain
Anak sangat
aktif bermain dan cepat bosan dengan satu jenis mainan.
- Eliminasi
BAB 1 – 2 kali
sehari, BAK 6 – 8 kali sehari, masih ngompol, tidak memakai pampers dengan
alasan mahal.
H.
Keadaan Kesehatan Saat Ini
- Diagnosa Medis
Hemangioma
Collii
- Tindakan operasi
Eksisi area
hemangioma
- Status Nutrisi
Berat badan
klien 9,5 kg (90 per sentil), menurut ibu terjadi penurunan setengah klilogram
semenjak sakit cacar hingga sekarang, conjunctiva merah muda. Hb sebelum
tranfusi 8,8 gr/dl dan post tranfusi 14,4 gr/dl (dua kali tranfusi).
- Status cairan
Oedema tidak
ada, tidak terpasang infus
- Obat-obatan
Belum diberikan
- Aktifitas
Selama dirawat,
klien tidak ada perubahan dalam aktifitas dan tetap lincah
- Tindakan keperawatan
Penyuluhan
tentang persiapan operasi dan pemberian makanan pada anak
- Hasil Laboratorium
Hb post tranfusi
14,4 gr/dl, Hematokrit 302 juta, leukosit 9200, Hb Plasma 372.000
- X-Ray
Tidak dilakukan
- Lain-lain
Benjolan mulai
muncul dengan bercak kemerahan 40 hari setelah lahir dengan diameter 2 x 2 cm
dan tidak terasa nyeri. Lemudian membesar dengan diameter 3 x 2 x 2 cm dengan
ulserasi (+), darah (+). Mulai keluar darah campur lendir sejak benjolan
terkena cacara air.
I.
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum, kesadaran compos mentis tampak sakit ringan
- Tinggi badan 60 cm
- Lingkar kepala 42 cm
- Berat badan 9,5 kg
- Kulit, banyak bintik-bintik biang keringat, anak sering berkeringat
- Tengkuk, terdapat benjolan sebesar telur puyuh pada area sebelah kanan, mengeluarkan darah. Kaku kuduk (-)
- Mata, conjunctiva merah muda, sklera tidak pucat, simetris
- Telinga, tidak terdapat perlukaan, tidak terdapat cairan, cerumen (+)
- Hidung, tidak ada pilek, bersih
- Mulut, bersih dan tidak terdapat stomatitis. Gigi atas tumbuh empat buah dan gigi bawah dua buah
- Dada, simetris tidak tampak adanya chest indrawing
- Paru-paru, suara nafas vesikuler, ronchi(-), wheezing (-)
- Jantung, BJ I dan BJ II terdengar normal, murmur (-), gallop (-)
- Perut, tidak distensi
- Punggung, banyak bekas cacar air dan terdapat bintik biang keringat
- Genitalia, tidak dikaji
- Ektremitas, simetris, pergerakan baik dan tidak ada kelainan
- Kelenjar getah bening, tidak ada pembengkakan
- Tanda vital, S 36,9 C, N 90 x per menit, R 35 kali per menit, T 80/50 mmHg
J.
Pemeriksaan tingkat
perkembangan
- Kemandirian dan bergaul
Anak masih
malu-malu dan takut pada orang baru dan belum bisa lepas dari ibu atau bapaknya
- Motorik Halus
Anak sudah bisa
memegang benda kecil dengan jempol dan jari telunjuk tetapi belum begitu
sempurna
- Kognitif dan bahasa
Anak sudah bisa menggumamkan
kata-kata yang belum bermakna misalnya ma…ma…pa….
- Motorik Kasar
Anak sudah bisa
berdiri dengan pegangan, anak bisa berjalan dengan dituntun dan belum bisa
berdiri tanpa pegangan
K.
Informasi Lain
Saat membersihkan darah dari luka pada
benjolan ibu menggunakan kain gendongan, anak tampak tidak bersih. Ibu merasa
cemas terhadap tindakan operasi, belum menandatangani informed consent.
L.
Ringkasan riwayat keperawatan
Klien datang dengan keluhan benjolan pada
tengkuk bagian kanan dan direncanakan akan dilakukan tindakan operasi pada
tanggal 27 April 1999. Benjolan mengeluarkan darah sejak terkena cacar.
M.
Masalah Keperawatan
- Gangguan rasa aman : cemas
- Resiko infeksi
- Resiko injury
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN IMPLEMENTASI
(Terlampir)
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Gangguan rasa aman : cemas b/d kurangnya
informasi tentang tindakan operatif pada anak
|
1.
Ortu akan menunjukkan rasa
aman
2.
Ortu dapat menjelaskan secara
sederhana tentang prosedur atau hal-hal yang perlu dipehatikan pada fase pre
dan post operatif
3.
Klien menunjukkan relaksasi
optimal dan support adekuat sebelum operasi
|
-
Informasikan tentang
persiapan operasi dan orientasikan orangtua dan anak terhadap lingkungan yang
baru
-
Jelaskan dan diskusikan pada
keluarga tentang waktu dan prosedur operasi
-
Jelaskan persiapan prosedur
operasi jika ada indikasi (nasogastrik tube, pasang IVFD, balutan luka,
drainase)
-
Jelaskan indikasi
dilakukannya pembedahan khususnya prosedur operasi serta penjelasan prinsip dasar
secara singkat
-
Berikan sedasi sebelum
operasi, ciptakan lingkungan yang familier, tempatkan klien di ruangan yang
menyenangkan dan jelaskan prosedur yang dijalani
-
Selama menunggu operasi
anjurkan keluarga atau teman dekat untuk menemani anak
|
Mengurangi kecemasan orangtua terhadap
lingkungan baru
Meningkatkan perasaan aman pada keluarga
Penjelasan yang adekuat menambah
pemahaman sehingga terjalin kerjasama yang adekuat dengan perawat
Merupakan informasi yang menguatkan
keputusan ortu untuk tindakan operasi bagi anaknya
Meningkatkan relaksasi dan rasa aman
Memberi rasa aman dan dukungan pada klien
|
2
|
Resiko tinggi injury b/d prosedur
pembedahan
|
1.
Ortu dapat menerima inform
konsent dengan benar disertai dokumentasi
2.
Klien menerima tindakan
personal hygine sebelum operasi
3.
Klien menerima persiapan
operasi dengan tepat
4.
Klien terbebas dari
komplikasi post operasi
|
-
Tanyakan pada ortu apakah ada
pertanyaan mengenai prosedur yang akan dilakukan
-
Cek inform konset apakah
sudah ditandatangani, kontrak dengan dokter untuk menentukan apakah ortu
telah mendapat informasi mengenai prosedur operasi
-
Cek ulang apakah inform
konsent sudah ditandatangani saksi
-
Mandikan dan cuci rambut
serta bersihakn mulut klien sebelum operasi
-
Bersihkan daerah operasi
sesuai prosedur
-
Lakukan prosedur enema
-
Lengkapi pemeriksaan
laboratorium yang diprogramkan
-
Pertahankan anak tetap puasa
-
Yakinkan anak mendapat cairan
sebelum dipuasakan
-
Catat tanda vital, laporkan
jika ada kelainan
-
Anjurkan anak untuk BAK
sebelum premedikasi
|
Mengetahui pemahaman ortu dan sebagai
bahan kolaborasi
Inform konsent merupakan tanggung jawab
kerja team
Sebagai perlindungan terhadap tuntutan
orangtua terhadap tindakan operasi
Menurunkan resiko infeksi nasokomial
Mengurangi resiko infeksi pada area
operasi
Mengosongkan rektum untuk mencegah
kontaminasi saat operasi
Deteksi awal kesiapan operasi
Mencegah terjadinya aspirasi
Mencegah resiko dehidrasi/hipoglikemia
Mencegah resiko selama operasi
Mengosongkan kandung kemih untuk mencegah
inkontinensia selama operasi
|
3
|
Resiko infeksi b/d perawatan tidak
adekuat dari orangtua
|
Klien terbebas dari resiko infeksi
|
-
Berikan penyuluhan pada
orangtua untuk menjaga luka tetap bersih
-
Berikan penyuluhan pada
keluarga tentang cara membersihkan nanah atau darah dengan gaas bersih
-
Observasi adanya tanda-tanda
infeksi
|
Memotivasi keluarga untuk menjaga
kebersihan luka
Mencegah kontaminasi bakteri
Melihat adanya tanda infeksi
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.
(1999). Rencana Asuhan &
Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Hamzah Mochtar. (1999). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C.
(1996). Perawatan
Medikal Bedah. Volume I.
(terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif., et all.
(1999). Kapita Selekta Kedokteran.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Media Aescullapius. Jakarta.
(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah.
Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar