Selasa, 05 Mei 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT HEMANGIOMA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT HEMANGIOMA
 
A. Definisi
Hemangioma adalah proliferasi dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah (Anonim, 2005).
Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang tua, contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak, kecil, red-purple papule pada kulit orang tua (Olmstead, et al., 1994; Pieter, et al., 1997; Hamzah, 1999).
B. Anatomi fisologi
1.  Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga – rongga, lubang – lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringant dan kelenjar mukosa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkutan (Syaifudin, 2006).
a.         Epidermis
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu :
1)        Stratum koneum
Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati, dan mengandung zat keratin.
2)        Stratum lusidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah se – sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperi suatu pita yang bening, batas – batas sel sudah tidak begitu terlihat. 
3)        Stratum granulosum
Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih seperti kumparan. Sel – sel tersebut terdapat hanya 2 – 3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir – butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir – butir stratum granulosum.
4)        stratum spinosum/stratum akantosum
Lapisan sratum spinosum/stratum akantosum merupakan laisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5 – 8 lapisan. Sel – selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel – selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyal sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel – selnya berduri. Ternyata spina dan tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelular bridges atau jembatan interseluler.
5)        Stratum basal/geminatifum
Stratum basal/geminatifum disebut basal karena sel – selnya terletak di bagian basal. Stratum germatifum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir – butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut seperti pagar (palidase) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel – sel basalis dengan membran basalis merupakan batas bawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete pegg (prosessus interpapilaris).
b.        Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan adalah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan longgar yang tersusun dari serabut – serabut yaitu  serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.
Serabut ini saling beranyaman dan masing – masing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan pada kulit, serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut. 
c.         Subkutan
Subkutis terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis. Sel – sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak di pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap – tiap tempat dan juga pembagian antara laki – laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
C.  Etiologi
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta, dan transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).
D. Patofisiologi
Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan involusi hemangioma tidak begitu dimengerti, pengetahuan mengenai pertumbuhan dari pembuluh darah yang normal dan proses angiogenesis dapat dijadikan petunjuk. Vaskulogenesis menunjukkan suatu proses dimana prekursor sel endotel meningkatkan pembentukan pembuluh darah, mengingat angiogenesis berhubungan dengan perkembangan dari pembuluh darah baru yang ada dalam sistem vaskular tubuh. Selama fase proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan dari sel-sel endotel dari kapiler-kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis, termasuk proliferasi dari antigen inti sel, collagenase tipe IV, basic fibroblastic growth factor, vascular endothelial growth factor, urokinase, dan E-selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi (Olmstead, et al., 1994; Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).
Hemangioma superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan cepat dimana ukuran dan volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti dengan fase istirahat, dimana perubahan hemangioma sangat sedikit, dan fase involusi dimana hemangioma mengalami regresi secara spontan. Selama fase involusi, hemangioma dapat hilang tanpa bekas. Hemangioma kavernosa yang besar mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun fase involusi sempurna, akhirnya meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat. Beberapa hemangioma kapiler dapat involusi lengkap, tidak meninggalkan bekas (Kantor, 2004; Lehrer, 2004; Hall, 2005).
E. Klasifikasi
Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma) terjadi pada kulit bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih dalam, biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus kedua jenis hemangioma ini dapat terjadi bersamaan atau disebut hemangioma campuran (Hamzah, 1999; Lehrer, 2003).
A. Hemangioma kapiler
1. Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir. Lebih sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam beberapa hari atau beberapa minggu (Hall, 2005). Tampak sebagai bercak merah yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang dan lebih mendatar (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).
2. Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh yang sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah (Worman, 1998; Hamzah, 1999).
B. Hemangioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang berwarna merah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan cepat mengembung lagi apabila dilepas. Lesi terdiri dari elemen vaskular yang matang. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan (Cohen, 2004; Anonim, 2005).
C. Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa (Hamzah, 1999; Kushner, et al., 1999; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).
F. Manifestasi klinik
1.      Hemangioma kapiler Tanda-tanda Hemangioma kapiler, berupa: Bercak merah tidak menonjol dari permukaan kulit. Salmon patch´ berwarna lebihmuda sedang ³Port wine stain´ lebih gelap kebiru-biruan, kadang-kadang membentuk  benjolan di atas permukaan kulit.
2.       Hemangioma kavernosumTampak sebagai suatu benjolan, kemerahan, terasa hangat dan ³compressible´ (tumor mengecil bila ditekan dan bila dilepas dalam beberapa waktu membesar kembali).
3.       Hemangioma Campuran.Diantara jenis Hemangioma kavernosum dan campuran ada yang disertai fistulaarterio-venous (bawaan).
 gejala klinis
 Tergantung macamnya :
a)      Hemangioma kapiler, ³Port wine stain´ tidak ada benjolan kulit.
b)       ³Strawberry mark´, menonjol seperti buah murbai.
G.  Komplikasi
1.  Perdarahan
Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya. Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah karena tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di bawahnya terus tumbuh (Katz, et al., 2002).
2.  Ulkus
Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan, dan sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur (Kushner, et al., 1999).
3.  Trombositopenia
Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu dikira bahwa trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian bahwa dalam jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami sekuesterisasi (Katz, et al., 2002).
4.  Gangguan penglihatan
Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan harus lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari sumbatan pada sumbu penglihatan (visual axis). Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma yang disebabkan tekanan tersembunyi dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang retrobulbar (Kushner, et al., 1999).
H. Penanganan
Ada 2 cara pengobatan:
1. Cara konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun (Hamzah, 1999).
Hemangioma superfisial atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi. Apabila hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat normal (Kantor, 2004).
2. Cara aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan; hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformitas jaringan (Anonim, 2005).
2.1. Pembedahan
Indikasi :
1.      Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
2.      Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
3.      Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7 tahun.
Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat, mungkin memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya (Hamzah, 1999).
2.2. Radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan karena:
1.      Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif.
2.      Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama.
3.      Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.
2.3. Kortikosteroid
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah:
1. Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital.
2. Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
3. Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.
            4. Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia.
            5. Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum, dan campuran. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-lahan diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan kortikosteroid dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang tumbuh cepat (Hamzah, 1999).
Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi yang menurunkan ukuran lesi secara cepat, sehingga perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma kavernosa atau hemangioma campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara oral dan injeksi langsung pada hemangioma (Kantor, 2004).
Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan terhambat (Anonim, 2005).
2.4. Obat sklerotik
Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya dengan namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatrik (Hamzah, 1999).
2.5. Elektrokoagulasi
Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya, juga untuk hemangioma senilis dan granuloma piogenik (Hamzah, 1999).
2.6. Antibiotik
Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi. Selain itu dilakukan perawatan luka secara steril (Anonim, 2005).



KONSEP DASAR KEPERAWATAN
PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN ANAK
A.      Identitas Data
Nama                                    : Rohmatun
Umur                                    : 9 Bulan
Nama Ayah/Ibu                : Zaeni/Nur
Pekerjaan Ayah                : Buruh
Pekerjaan Ibu                    : -
Alamat                                  : Kampung Rawa Tengah RT 06/RW 07 No.10 Johor Baru Jak-Pus
Kultur                                    : Betawi
Agama                                  : Islam
Pendidikan Ayah/Ibu     : SMP/SMP
B.      Keluhan Utama

A.                Untuk operasi benjolan sebesar telur puyuh di tengkuk sebelah kanan

C.      Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
  1. Prenatal              
Selama kehamilan ibu memeriksakan kehamilan 6 x di bidan, TT (+), emesis/hiperemesis (-), tidak mengikuti senam hamil
  1. Natal    
Anak lahir di bidan swasta, lahir spontan langsung menangis, berat badan lahir 3400 gram
  1. Postnatal            
Selama postnatal, tidak ada keluhan, anak minum ASI dan tidak diberikan makanan tambahan, sakit berat selama periode ini tidak ada
D.      Riwayat Masa Lampau
  1. Penyakit waktu kecil      
Anak tidak pernah sakit berat hanya batuk dan pilek biasa, dua minggu yang lalu anak terkena cacar air dan sekarang sudah sembuh. Benjolan pada tengkuk dimulai pada 40 hari setelah kelahiran dengan kemerahan pada area tengkuk kanan. Kemudian semakin membesar. Saat cacar, benjolan juga terkena dan terluka sehingga mengeluarkan darah.
  1. Pernah dirawat di rumah sakit
Tidak pernah
  1. Obat-obatan yang digunakan
Bila anak sakit biasanya diberikan obat-obat bebas (seperti bodrexin, tempra dll). Untuk keluhan benjolan tidak pernah diberikan obat.
  1. Tindakan operasi
Tidak pernah
  1. Alergi
Pada daerah kepala dan punggung nampak bintik-bintik biang keringat berwarna kemerahan. Menurut ibu, tidak ada riwayat alergi.
  1. Kecelakaan
Menurut ibu anaknya pernah terjatuh dari tempat tidur sebanyak dua kali tapi tidak apa-apa hanya menangis saja
  1. Imunisasi
Lengkap, kecuali Campak yang belum diberikan karena anak sempat sakit cacar air.
E.       Riwayat Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus dan penyakit gangguan jiwa
Genogram :
F.       Riwayat Sosial
  1. Yang mengasuh
Yang mengasuh anak adalah ibu sendiri dan kadang-kadang dibantu oleh nenek klien
  1. Hubungan dengan anggota keluarga
Anak adalah anak kedua dengan kakak berusia 4 tahun, anak sering bertengkar dengan kakaknya karena berebutan mainan. Secara umum hubungan dengan anggota keluarga baik.
  1. Hubungan dengan teman sebaya
Klien berumur 9 bulan dan belum mampu berinteraksi dengan teman sebaya
  1. Pembawaan secara umum
Klien tampak lincah dan suka menggumamkan kata-kata yang belum jelas artinya
G.     Kebutuhan Dasar
  1. Makanan yang disukai/tidak disukai
Anak hanya mendapat ASI dan air putih saja sejak lahir. Ibu pernah mencoba memberikan susu formula dan bubur promina tetapi anak tidak mau dan memuntahkannya. Produksi ASI menurut ibu masih cukup tetapi sudah mulai berkurang daripada bulan lalu. Anak menyusui 10 – 12 kali sehari dan bila rewel langusng diberikan ASI.
  1. Pola tidur
Anak tidur 10 – 12 jam sehari
  1. Mandi
Anak dimandikan dua kali sehari, memakai sabun dikeringkan dengan handuk dan bedak gatal untuk mengobati biang keringat setelah mandi.
  1. Aktifitas bermain
Anak sangat aktif bermain dan cepat bosan dengan satu jenis mainan.
  1. Eliminasi
BAB 1 – 2 kali sehari, BAK 6 – 8 kali sehari, masih ngompol, tidak memakai pampers dengan alasan mahal.
H.      Keadaan Kesehatan Saat Ini
  1. Diagnosa Medis
Hemangioma Collii
  1. Tindakan operasi
Eksisi area hemangioma
  1. Status Nutrisi
Berat badan klien 9,5 kg (90 per sentil), menurut ibu terjadi penurunan setengah klilogram semenjak sakit cacar hingga sekarang, conjunctiva merah muda. Hb sebelum tranfusi 8,8 gr/dl dan post tranfusi 14,4 gr/dl (dua kali tranfusi).
  1. Status cairan
Oedema tidak ada, tidak terpasang infus
  1. Obat-obatan
Belum diberikan
  1. Aktifitas
Selama dirawat, klien tidak ada perubahan dalam aktifitas dan tetap lincah
  1. Tindakan keperawatan
Penyuluhan tentang persiapan operasi dan pemberian makanan pada anak
  1. Hasil Laboratorium
Hb post tranfusi 14,4 gr/dl, Hematokrit 302 juta, leukosit 9200, Hb Plasma 372.000
  1. X-Ray
Tidak dilakukan
  1. Lain-lain
Benjolan mulai muncul dengan bercak kemerahan 40 hari setelah lahir dengan diameter 2 x 2 cm dan tidak terasa nyeri. Lemudian membesar dengan diameter 3 x 2 x 2 cm dengan ulserasi (+), darah (+). Mulai keluar darah campur lendir sejak benjolan terkena cacara air.
I.        Pemeriksaan Fisik
  1. Keadaan umum, kesadaran compos mentis tampak sakit ringan
  2. Tinggi badan 60 cm
  3. Lingkar kepala 42 cm
  4. Berat badan 9,5 kg
  5. Kulit, banyak bintik-bintik biang keringat, anak sering berkeringat
  6. Tengkuk, terdapat benjolan sebesar telur puyuh pada area sebelah kanan, mengeluarkan darah. Kaku kuduk (-)
  7. Mata, conjunctiva merah muda, sklera tidak pucat, simetris
  8. Telinga, tidak terdapat perlukaan, tidak terdapat cairan, cerumen (+)
  9. Hidung, tidak ada pilek, bersih
  10. Mulut, bersih dan tidak terdapat stomatitis. Gigi atas tumbuh empat buah dan gigi bawah dua buah
  11. Dada, simetris tidak tampak adanya chest indrawing
  12. Paru-paru, suara nafas vesikuler, ronchi(-), wheezing (-)
  13. Jantung, BJ I dan BJ II terdengar normal, murmur (-), gallop (-)
  14. Perut, tidak distensi
  15. Punggung, banyak bekas cacar air dan terdapat bintik biang keringat
  16. Genitalia, tidak dikaji
  17. Ektremitas, simetris, pergerakan baik  dan tidak ada kelainan
  18. Kelenjar getah bening, tidak ada pembengkakan
  19. Tanda vital, S 36,9 C, N 90 x per menit, R 35 kali per menit, T 80/50 mmHg
J.        Pemeriksaan tingkat perkembangan
  1. Kemandirian dan bergaul
Anak masih malu-malu dan takut pada orang baru dan belum bisa lepas dari ibu atau bapaknya
  1. Motorik Halus
Anak sudah bisa memegang benda kecil dengan jempol dan jari telunjuk tetapi belum begitu sempurna
  1. Kognitif dan bahasa
Anak sudah bisa menggumamkan kata-kata yang belum bermakna misalnya ma…ma…pa….
  1. Motorik Kasar
Anak sudah bisa berdiri dengan pegangan, anak bisa berjalan dengan dituntun dan belum bisa berdiri tanpa pegangan
K.      Informasi Lain
Saat membersihkan darah dari luka pada benjolan ibu menggunakan kain gendongan, anak tampak tidak bersih. Ibu merasa cemas terhadap tindakan operasi, belum menandatangani informed consent.
L.       Ringkasan riwayat keperawatan
Klien datang dengan keluhan benjolan pada tengkuk bagian kanan dan direncanakan akan dilakukan tindakan operasi pada tanggal 27 April 1999. Benjolan mengeluarkan darah sejak terkena cacar.
M.    Masalah Keperawatan
  1. Gangguan rasa aman : cemas
  2. Resiko infeksi
  3. Resiko injury


DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN IMPLEMENTASI (Terlampir)
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Gangguan rasa aman : cemas b/d kurangnya informasi tentang tindakan operatif pada anak
1.   Ortu akan menunjukkan rasa aman
2.   Ortu dapat menjelaskan secara sederhana tentang prosedur atau hal-hal yang perlu dipehatikan pada fase pre dan post operatif
3.   Klien menunjukkan relaksasi optimal dan support adekuat sebelum operasi
-           Informasikan tentang persiapan operasi dan orientasikan orangtua dan anak terhadap lingkungan yang baru
-           Jelaskan dan diskusikan pada keluarga tentang waktu dan prosedur operasi
-           Jelaskan persiapan prosedur operasi jika ada indikasi (nasogastrik tube, pasang IVFD, balutan luka, drainase)
-           Jelaskan indikasi dilakukannya pembedahan khususnya prosedur operasi serta penjelasan prinsip dasar secara singkat
-           Berikan sedasi sebelum operasi, ciptakan lingkungan yang familier, tempatkan klien di ruangan yang menyenangkan dan jelaskan prosedur yang dijalani
-           Selama menunggu operasi anjurkan keluarga atau teman dekat untuk menemani anak
Mengurangi kecemasan orangtua terhadap lingkungan baru
Meningkatkan perasaan aman pada keluarga
Penjelasan yang adekuat menambah pemahaman sehingga terjalin kerjasama yang adekuat dengan perawat
Merupakan informasi yang menguatkan keputusan ortu untuk tindakan operasi bagi anaknya
Meningkatkan relaksasi dan rasa aman
Memberi rasa aman dan dukungan pada klien
2
Resiko tinggi injury b/d prosedur pembedahan
1.   Ortu dapat menerima inform konsent dengan benar disertai dokumentasi
2.   Klien menerima tindakan personal hygine sebelum operasi
3.   Klien menerima persiapan operasi dengan tepat
4.   Klien terbebas dari komplikasi post operasi
-           Tanyakan pada ortu apakah ada pertanyaan mengenai prosedur yang akan dilakukan
-           Cek inform konset apakah sudah ditandatangani, kontrak dengan dokter untuk menentukan apakah ortu telah mendapat informasi mengenai prosedur operasi
-           Cek ulang apakah inform konsent sudah ditandatangani saksi
-           Mandikan dan cuci rambut serta bersihakn mulut klien sebelum operasi
-           Bersihkan daerah operasi sesuai prosedur
-           Lakukan prosedur enema
-           Lengkapi pemeriksaan laboratorium yang diprogramkan
-           Pertahankan anak tetap puasa
-           Yakinkan anak mendapat cairan sebelum dipuasakan
-           Catat tanda vital, laporkan jika ada kelainan
-           Anjurkan anak untuk BAK sebelum premedikasi
Mengetahui pemahaman ortu dan sebagai bahan kolaborasi
Inform konsent merupakan tanggung jawab kerja team
Sebagai perlindungan terhadap tuntutan orangtua terhadap tindakan operasi
Menurunkan resiko infeksi nasokomial
Mengurangi resiko infeksi pada area operasi
Mengosongkan rektum untuk mencegah kontaminasi saat operasi
Deteksi awal kesiapan operasi
Mencegah terjadinya aspirasi
Mencegah resiko dehidrasi/hipoglikemia
Mencegah resiko selama operasi
Mengosongkan kandung kemih untuk mencegah inkontinensia selama operasi
3
Resiko infeksi b/d perawatan tidak adekuat dari orangtua
Klien terbebas dari resiko infeksi
-           Berikan penyuluhan pada orangtua untuk menjaga luka tetap bersih
-           Berikan penyuluhan pada keluarga tentang cara membersihkan nanah atau darah dengan gaas bersih
-           Observasi adanya tanda-tanda infeksi
Memotivasi keluarga untuk menjaga kebersihan luka
Mencegah kontaminasi bakteri
Melihat adanya tanda infeksi


















DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Hamzah Mochtar. (1999). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Media Aescullapius. Jakarta.
                    (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar