Selasa, 05 Mei 2015

ASUHAN KEPERAWATAN IMPETIGO

 
ASUHAN KEPERAWATAN IMPETIGO
 
 
A.   KONSEP MEDIS
1.   Pengertian
Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit (Djuanda, 56:2005). Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis, Skabies, Infeksi jamur, dan pada Insect bites (Beheshti, 2:2007).
2.   Klasifikasi
a.   Impetigo Contagiosa (Tanpa Gelembung Cairan, Dengan Krusta/Keropeng/Koreng)
Impetigo krustosa hanya terdapat pada anak-anak, paling sering muncul di muka, yaitu di sekitar hidung dan mulut.Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga penderita datang berobat yang terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi dibawahnya .Jenis ini biasanya berawal dari luka warna merah pada wajah anak, dan paling sering di sekitar hidung dan mulut.Luka ini cepat pecah, berair dan bernanah, yang akhirnya membentuk kulit kering berwarna kecoklatan.Bekas impetigo ini bisa hilang dan tak menyebabkan kulit seperti parut.Luka ini bisa saja terasa gatal tapi tak terasa sakit.Impetigo jenis ini juga jarang menimbulkan demam pada anak, tapi ada kemungkinan menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening pada area yang terinfeksi.Dan karena impetigo sangat mudah menular, makanya jangan menyentuh atau menggaruk luka karena dapat menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
b.   Bullous Impetigo (Dengan Gelembung Berisi Cairan)
Impetigo jenis ini utamanya menyerang bayi dan anak di bawah usia 2 tahun. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Impetigo bulosa terdapat pada anak dan juga pada orang dewasa, paling sering muncul di ketiak, dada, dan punggung. Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula.Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula telah pecah.Impetigo ini meski tak terasa sakit, tapi menyebabkan kulit melepuh berisi cairan.Bagian tubuh yang diserang seringkali badan, lengan dan kaki.Kulit di sekitar luka biasanya berwarna merah dan gatal tapi tak terasa sakit. Luka akibat infeksi ini dapat berubah menjadi koreng dan sembuhnya lebih lama ketimbang serangan impetigo jenis lain
3.   Etiologi
Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik Streptococcus (Streptococcus pyogenes).
Staphylococcus merupakan pathogen primer pada impetigo bulosa dan ecthyma (Beheshti, 2:2007).
Staphylococcus merupakan bakteri sel gram positif dengan ukuran 1 µm, berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur, kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga bisa didapatkan. Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit berkat kemampuannya mengadakan pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik sindrom syok toksik, dan enterotoksin.
Streptococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, yang mempunyai karakteristik dapat berbentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya. Lebih dari 20 produk ekstraseluler yang antigenic termasuk dalam grup A, (Streptococcus pyogenes) diantaranya adalah Streptokinase, streptodornase, hyaluronidase, eksotoksin pirogenik, disphosphopyridine nucleotidase, dan hemolisin.
4.   Patofisiologi
Pato Impetigo.jpg
Rasa gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1-2 mm, kemudian berubah menjadi bula atau vesikel.Pada Impetigo contagiosa Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm.
Lesi papul segera menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya, sekret seropurulen kuning kecoklatan yang kemudian mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis.
Krusta mudah dilepaskan, di bawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta akan kembali menebal. Sering krusta menyebar ke perifer dan menyembuh di bagian tengah. Kemudian pada Bullous impetigo bula yang timbul secara tiba tiba pada kulit yang sehat dari plak (penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor), bervariasi dari miliar sampai lentikular dengan dinding yang tebal, dapat bertahan selama 2 sampai 3 hari. Bila pecah, dapat menimbulkan krusta yang berwarna coklat, datar dan tipis.
5.   Faktor Predisposisi
a.    Kontak langsung dengan pasien impetigo
b.    Kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau pakaian pasien impetigo
c.     Cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab
d.    Kegiatan/olahraga dengan kontak langsung antar kulit seperti gulat
e.    Pasien dengan dermatitis, terutama dermatitis atopik
(Sumber Beheshti, 2:2007).
6.   Manifestasi Klinik
a.      Impetigo Krustosa
Tempat predileksi tersering pada impetigo krustosa adalah di wajah, terutama sekitar lubang hidung dan mulut, karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Tempat lain yang mungkin terkena, yaitu anggota gerak (kecuali telapak tangan dan kaki), dan badan, tetapi umumnya terbatas, walaupun penyebaran luas dapat terjadi (Boediardja, 2005; Djuanda, 2005).
Biasanya mengenai anak yang belum sekolah. Gatal dan rasa tidak nyaman dapat terjadi, tetapi tidak disertai gejala konstitusi. Pembesaran kelenjar limfe regional lebih sering disebabkan oleh Streptococcus.
Kelainan kulit didahului oleh makula eritematus kecil, sekitar 1-2 mm. Kemudian segera terbentuk vesikel atau pustule yang mudah pecah dan meninggalkan erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal berwarna kekuningan yang memberi gambaran karakteristik seperti madu (honey colour). Lesi akan melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit disekitarnya. Lesi tersebut akan bergabung membentuk daerah krustasi yang lebar. Eksudat dengan mudah menyebar secara autoinokulasi (Boediardja, 2005).
b.   Impetigo Bulos
Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada anak dan dewasa. Kelainan kulit berupa vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran “collarette” pada pinggirnya. Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh (Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008).
Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher. Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi. Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare. Jarang sekali disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang.
7.   Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk menyingkirkan diagnosis banding dengan gangguan infeksi gram negative. Bisa dilanjutkan dengan tes katalase dan koagulase untuk membedakan antara Staphylococcus dan Streptococcus.
8.   Komplikasi
Sebenarnya impetigo tidaklah berbahaya, tapi kadang infeksi ini menyebabkan komplikasi serius meski jarang terjadi, Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam 2 minggu walaupun tidak diobati. Komplikasi berupa radang ginjal/Poststreptococcal glomerulonephritis (PSGN) pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 1-5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotic. Gejala berupa bengkak dan kenaikan tekanan darah, pada sepertiga terdapat urine seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul.
Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia), selulitis (merupakan infeksi serius yang menyerang jaringan di bawah kulit dan dapat menyebar ke kelenjar getah bening serta memasuki aliran darah, Jika tak ditangani, cellulitis dapat mengancam jiwa), psoriasis, Staphylococcal scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening serta Infeksi methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), kulit parut berubah warna terang atau gelap.

B.   KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.   Pengkajian
Kaji :
a.    Identitas penderita dan identitas orang tua (mencakup: nama, jenis kelamin, umur, suku, agama, pekerjaan, alamat)
b.    Keluhan utama. Misalnya luka garukan di regio lumbal posterior dekstra.
c.     Riwayat penyakit sekarang. Misalnya : menurut ibu pasien mulai 10 hari yang lalu pasien mengeluhkan gatal pada regio lumbal posterior dekstra, tanpa adanya keluhan gatal di daerah lain. Awalnya muncul vesikel, karena gatal, lalu digaruk oleh pasien kemudian vesikel pecah dan menimbulkan kerak.vesikel-vesikel semakin lama semakin bertambah banyak dan menyebar.pasien sudah dibawa berobat ke dokter, diberi salep dan tablet namun keluhan tidak berkurang.akhirnya pasien berobat ke rsud.
d.    Riwayat penyakit dahulu. Misalnya : pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
e.    Riwayat penyakit keluarga. Ada atau tidak yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
f.      Riwayat pengobatan. Tanyakan, apakah pernah berobat ke dokter umum? Apakah keluhan berkurang setelah diberi obat?.
g.    Riwayat alergi. Kaji apakah ada riwayat alergi makanan atau obat atau jenis alergi lainnya.
2.   Pemeriksaan Fisik
a.   Status Generalis
ü  Kesadaran:  Komposmentis
ü  Keadaan Umum: baik
ü  Kepala/Leher:  Dalam batas normal
ü  Thorak
ü  Cor : S1S2 tunggal, lain-lain dalam batas normal
ü  Pulmo: Vesikuler, Rh-/-, Wh -/-, lain-lain dalam batas normal
ü  Abdomen: Soepel, bising usus (+), lain-lain dalam batas normal
ü  Ekstremitas: dalam batas normal
ü  Genitalia: Dalam batas normal
b.   Status Lokalis
ü  Lokasi : regio lumbal dekstra bagian posterior
ü  Efloresensi : Pada pemeriksaan didapatkan lesi kulit berupa papula berisi cairan keruh, tidak dikelilingi daerah eritematus, selain itu juga ditemukan bekas bula yang pecah berupa kulit yang eritematus dengan krusta tipis kecoklatan pada bagian tepi.
3.   Diagnosa Keperawatan
a.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan cedera mekanik (garukan pada kulit yang gatal)
b.    Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan Daya tahan tubuh menurun, malnutrisi, proses inflamasi, dan prosedur infasif
c.     Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder
d.    Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kurang pengetahuan mengenai penyakit.
4.   Intervensi
a.   Dx.I
1)  Tujuan     :  Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Selama ….x 24 jam diharapkan lapisan kulit klien terlihat normal.
2)  Kriteria Hasil :
§  Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur)
§  Tidak ada luka atau lesi pada kulit
§  Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit serta perawatan alami
§  Perfusi jaringan baik
3)  Rencana Tindakan
Intervensi
Rasional
ü Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar.
ü Potong kuku dan jaga kebersihan tangan klien.
ü Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
ü Monitor kulit akan adanya kemerahan.
ü Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun (antiseptic).
ü Kolaborasi untuk pemberian antibiotic topical pada klien
ü Baju yang longgar akan mengurangi gesekan baju pada kulit yang mengalami lesi.
ü Kuku yang pendek akan mengurangi garukan pada impetigo dan menghindari keparahan terjadinya lesi
ü Kulit yang bersih dan kering akan mengurangi penyebaran atau perkembangbiakan dari bakteri
ü Untuk mengetahui perkembangan penyakit dan keefektifan tindakan yang telah dilakukan
ü Air hangat akan mengurangi ruam dan membunuh bakteri. Sabun anti septic dapat mengurangi atau membunuh bakteri pada kulit.
ü Antibiotic topical dapat memtus atau menghambat dari pertumbuhan bakteri stap dan kolaborasi dapat mmempercepat proses pemulihan
b.   Dx.2
1)  Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. X24jam diharapkan tidak terjadi infeksi pada klien.
2)  Kriteria Hasil :
§  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
§  Klien menunjukkan perilaku hidup sehat
§  Klien dapat mendeskripsikan proses penularan penyakit dan faktor yang mempengaruhi penularan.
3)  Rencana Tindakan
Intervensi
Rasional
ü Monitor tanda dan gejala infeksi
ü Ajarkan kepada klien tentang pola hidup bersih dan sehat.
ü Jelaskan kepada klien/keluarga tentang proses penularan penyakit dan faktor yang mempengaruhi penularan.
ü Untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi.
ü Agar klien dapat mengetahui dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
ü Agar klien/keluarga dapat mencegah dan menghindari terjadinya penularan penyakit.
c.    Dx. 3
1)  Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. X24jam diharapkan klien tidak mengalami gangguan citra diri.
2)  Kreteria Hasil :
§  mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya
§  mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada
3)  Rencana Tindakan
Intervensi
Rasional
ü Jelaskan kepada klien/keluarga tentang masalah penanganan dan proses penyakitnya.
ü Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran dan pandangan dirinya.
ü Agar klien/kelarga dapat memahami proses penyakit dan menganggap bahwa hal yang terjadi pada dirinya adalah hal yang wajar bagi penderita.
ü Agar klien dapat merasa diterima.
d.   Dx. 4
1)  Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. X24jam diharapkan klien tidak cemas lagi.
2)  Kriteria Hasil :
§  Klien tidak resah
§  Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyaataan
§  KLien mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala cemas
§  Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan  bekurangnya kecemasan.
3)  Rencana Tindakan
Intervensi
Rasional
ü Identifikasi kecemasan.
ü Gunakan pendekatan yang menyenangkan.
ü Dorong keluarga untuk memberikan dukungan.
ü Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
ü Hal-hal yang menyenangkan dapat membuat klien lebih santai dan rileks.
ü Agar klien merasa diperhatikan.
Referensi :
Djuanda, A. 2002. Pyoderma dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 4. Penerbit FKUI : Jakarta
Beheshti. 2007. Impetigo, a brief review, Fasa-Iran: Fasa Medical School Beheshti, 2007, Impetigo, a brief review, Fasa-Iran: Fasa Medical School
Djuanda. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar